Ahad 01 Sep 2019 18:16 WIB

Taliban dan AS Capai Kesepakatan

Sehari sebelumnya ribuan anggota Taliban menyerbu kota strategis Kunduz.

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Nidia Zuraya
Pejuang Taliban Afghanistan
Foto: khanfactor.com
Pejuang Taliban Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Utusan khusus Amerika Serikat (AS)untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad mengatakan negosiator AS dan Taliban sudah hampir mencapai kesepakatan yang akan mengurangi pertempuran dan memulai perundingan perdamaian di Afghanistan. Di saat yang sama pasukan Taliban melakukan serangan di dua wilayah.

Khalilzad merupakan diplomat AS kelahiran Afghanistan yang mengawasi proses negosiasi itu. Ia mengatakan akan datang ke Kabul untuk melakukan konsultasi setelah menyelesaikan pembicaraan kesembilan dengan petinggi Taliban di Qatar.

Baca Juga

"Kami berada diambang kesepakatan yang akan mengurangi kekerasan dan membuka pintu bagi semua orang Afghanistan untuk duduk bersama menegosiasikan perdamaian yang berkelanjutan dan terhormat dan Afghanistan yang bersatu, berdaulat yang tidak menjadi ancaman bagi Amerika Serikat, sekutunya atau negara lain," cicit Khalilzad di Twitter, Ahad (1/9).

Tidak lama setelah Khalilzad mengunggah cicitannya di Twitter, Taliban menyerang Pul-e Khumri, yang terletak sebelah utara Provinsi Baghlan. Satu hari sebelumnya kelompok pemberontak itu menunjukan kekuatan mereka. Ribuan anggota Taliban menyerbu kota strategis Kunduz.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Nasrat Rahimi mengatakan saat ini Kunduz sudah kembali tenang. Operasi pembersihan mengeluarkan para pemberontak dari kota itu. Rahimi mengatakan Taliban merebut dua wilayah di Pul-e Khumri dan bentrok dengan pasukan Afghanistan.

"Seluruh kota di tutup, jika pemerintah pusat tidak cepat bertindak, situasinya dapat semakin parah," kata kepala dewan Provinsi Baghlan, Safdar Muhsini.

Pembicaraan di Doha, Qatar sudah selesai. Maka artinya Taliban bertekad untuk membuat kesepakatan apa pun posisi mereka di medan perang.

Khalilzad tidak mengungkapkan rincian kesepakatan itu. Sebuah kesepakatan yang diharapkan membuat AS dapat menarik pasukannya dari Afghanistan. Syaratnya Taliban tidak membiarkan negara itu menjadi markas kelompok teroris yang ingin melancarkan serangan di luar negeri.

Juru bicara Taliban di Doha, Suhail Shaheen mengatakan kedua belah pihak tengah membahas isu-isu teknis. Setelah sebelumnya berhasil menyelesaikan pembicaraan yang terakhir.

"Kami diambang akhir dari invansi dan meraih solusi damain untuk Afghanistan," cicit Shaheen di Twitter.

Kesepakatan ini tidak berarti mengakhiri pertempuran antara Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan. Tapi membuka jalan untuk menggelar 'perundingan damai antar-Afghanistan'. Sebuah perundingan yang diperkirakan akan digelar di Oslo, Norwegia.

Namun belum diketahui apakah Taliban setuju untuk berbicara langsung dengan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang didukung negara-negara Barat. Taliban menilai pemerintah Ghani sebagai pemerintahan yang dipaksakan rezim asing.

Beberapa petinggi Taliban mengatakan kelompoknya hanya bersedia berbicara dengan pemerintah Afghanistan dalam kapasitas mereka sebagai individu. Bukan perwakilan negara.

Taliban juga tetap menentang pemilihan presiden yang dijadwalkan pada 28 September mendatang. Belum diketahui apakah kesepakatan ini akan mencakup penarikan 14.500 pasukan AS dari Afghanistan atau tidak.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement