Selasa 13 Aug 2019 03:37 WIB

Alejandro Giammattei Terpilih Sebagai Presiden Guatemala

Alejandro Giammatei mengalahkan mantan ibu negara Sandra Torres

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nidia Zuraya
Presiden terpilih Guatemala, Alejandro Giammattei.
Foto: AP Photo/Oliver de Ros
Presiden terpilih Guatemala, Alejandro Giammattei.

REPUBLIKA.CO.ID, GUATEMALA CITY -- Guatemala memilih Alejandro Giammattei sebagai presiden mereka berikutnya. Ia merupakan kandidat partai sayap kanan Vamos yang merupakan mantan direktur penjara.

Ia mengalahkan mantan ibu negara Sandra Torres untuk masa jabatan empat tahun berikutnya. Pemilihan presiden ini datang pada saat genting, yakni ketika Guatemala mempersiapkan kemungkinan implementasi perjanjian negara ketiga yang aman dengan Amerika Serikat.

Baca Juga

Selama kampanyenya, Giammattei menjabarkan rencananya untuk mencegah orang-orang yang ingin pergi melalui penciptaan lapangan kerja.

“Kami akan fokus pada pembangunan Guatemala yang berbeda,” kata Giammattei, seperti yang dilansir dari The Washington Post, Senin (12/8)

Dengan lebih dari 99 persen suara dihitung, Gammettei memegang hampir 16 poin. Hanya 42 persen dari 8,15 juta pemilih terdaftar di negara itu berpartisipasi. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dari 56 persen dalam pemilihan presiden 2015.

Menjelang pemilihan umum tahun ini, dua dari tiga pesaing utama dilarang menjalankan kampanye tengah, dan seorang kandidat lainnya ditangkap di Amerika Serikat karena perdagangan narkoba dan tuduhan senjata. Pertarungan hukum untuk menghalangi kandidat, terutama mantan jaksa agung dan tentara salib anti korupsi Thelma Aldana.

Tidak ada kandidat dalam 19 bidang yang memperoleh 50 persen suara pada Juni lalu. Ini mendorong pemilihan berpusat pada kandidat Partai Persatuan Harapan Nasional, Torres yang berada di urutan pertama dan Giammattei yang berada di posisi kedua.

Menurut seorang analis politik di Association for Research and Social Studies Jose Carlos Sanabria, kampanye berikutnya tidak menarik. Secara umum, dalam banyak hal, kampanye sudah ditandai dengan kelemahan para kandidat. Yaitu, kampanye tanpa banyak masukan dalam proposal atau diskusi mendalam tentang rencana untuk pemerintah.

“Sikap apatis, ketidaktertarikan, kekecewaan banyak warga terhadap kandidat dan partai cukup tinggi,” kata Sanabria.

Guatemala adalah negara asal migran dan pencari suaka terkemuka yang ditangkap di perbatasan selatan Amerika Selatan. Ketimpangan negara yang signifikan dan kemiskinan di daerah pedesaan sebagian besar tidak terselesaikan sejak perang saudara Guatemala yang berakhir pada 1996. Eksodus saat ini mencerminkan hilangnya harapan bagi banyak orang termiskin di Guatemala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement