Sabtu 14 Sep 2019 07:14 WIB

India akan Terapkan Ganjil Genap untuk Kurangi Polusi Udara

Pembatasan kendaraan dengan ganjil genap di India akan diterapkan pada November.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.
Foto: AP Photo/R S Iyer
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pihak berwenang di ibu kota India, New Delhi akan memberlakukan pembatasan ketat pada penggunaan mobil pribadi dari 4 hingga 15 November. Hal itu dilakukan guna membatasi polusi dalam upaya meningkatkan kualitas udara.

Rencana tersebut pertama kali diperkenalkan pada 2016, kendaraan pribadi akan diizinkan di jalan hanya pada hari-hari alternatif, tergantung pada apakah pelat nomor mereka berisi nomor genap atau ganjil.

Baca Juga

Kepala Menteri New Delhi, Arvind Kejriwal mengatakan, kendaraan pribadi hanya akan diizinkan untuk menggunakan jalan pada hari-hari alternatif selama periode tersebut.  "Tingkat polusi telah turun di Delhi baru-baru ini, dan kami bertekad dan berkomitmen untuk membawanya lebih jauh dan itulah sebabnya kami telah memutuskan untuk memperkenalkan langkah-langkah ini," kata Kejriwal, dilansir Aljazirah, Sabtu (14/9).

Kejriwal mengungkapkan, New Delhi juga ingin memperkenalkan 1.000 bus listrik, serta kebijakan untuk mempromosikan kendaraan listrik lainnya. Menurut beberapa penelitian, New Delhi merupakan ibu kota yang paling berpolusi di dunia. Hal itu disebabkan oleh emisi kendaraan dan industri, debu dari lokasi konstruksi, dan asap dari pembakaran sampah dan sisa tanaman di India utara.

Pemerintah negara bagian Delhi telah mengidentifikasi titik-titik panas polusi. Kejriwal mengatakan, hal itu dapat ditargetkan untuk membantu meningkatkan kualitas udara. Selain itu, Pemerintah Delhi juga akan mendistribusikan masker wajah gratis di kota itu, sebagai upaya untuk mengurangi paparan manusia terhadap polusi udara.

Saat musim dingin, kecepatan angin cenderung turun setelah musim hujan yang berakhir pada September. Artinya, kabut asap dan polutan lainnya menggantung di udara. Namun, masalahnya diperburuk ketika orang-orang menggunakan kembang api untuk merayakan festival Hindu Diwali pada akhir Oktober atau awal November.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kota-kota India Utara, termasuk New Delhi, menduduki peringkat teratas tempat-tempat dengan udara terburuk di dunia.

Basis data WHO lebih dari 2.600 kota menunjukkan bahwa 14 dari 18 kota paling tercemar di dunia berada di India utara. Hal itu berdasarkan pada jumlah partikel di bawah 2,5 mikrogram yang ditemukan di setiap meter kubik udara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement