Senin 16 Sep 2019 14:53 WIB

AS Tuding Iran di Balik Serangan ke Kilang Minyak Saudi

Iran membantah terlibat serangan udara ke fasilitas minyak Saudi.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Kilang minyak/ilustrasi
Foto: desmogblog.com
Kilang minyak/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menerbitkan citra satelit dan mengutip sumber intelijen untuk mendukung klaimnya bahwa Iran berada di belakang serangan terhadap fasilitas minyak di Arab Saudi. Namun, Iran telah membantah terlibat dalam serangan udara pada Sabtu (14/9), yang diklaim oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.

Dilansir dari BBC, Senin (16/9), pejabat AS yang tidak disebutkan namanya berbicara mengatakan, arah dan tingkat serangan meragukan keterlibatan Houthi. Para pejabat AS yang tidak disebutkan namanya telah berbicara kepada New York Times (NYT), ABC, dan Reuters. Seorang pejabat mengatakan, ada 19 titik dampak pada sasaran yang datang dari barat dan barat laut, bukan dari Yaman yang terletak di selatan Saudi.

Baca Juga

Para pejabat yang dikutip oleh New York Times mengungkap kombinasi drone dan rudal jelajah kemungkinan telah dikerahkan. Namun, tidak semuanya mencapai target, yakni di pabrik pengolahan Abqaiq dan ladang minyak Khurais. Insiden tersebut telah memangkas pasokan minyak global sebesar lima persen, dan menyebabkan harganya melonjak.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyalahkan Iran pada akhir pekan, yang kemudian mendorong Teheran untuk menuduh AS melakukan penipuan. Pada Ahad (15/9) melalui Twitter, Presiden AS, Donald Trump secara langsung menuduh Iran. Kemudian menyarankan kemungkinan tindakan militer setelah pelaku diketahui.

Di samping itu, harga minyak telah melonjak. Minyak mentah Brent naik 10 persen menjadi 66,28 dolar AS per barel. Angka tersebut digambarkan Bloomberg sebagai lonjakan intraday terbesar sejak 1988.

West Texas Intermediate naik 8,9 persen menjadi 59,75 dolar AS di perdagangan Asia. Di samping itu, harga sedikit menurun setelah Trump mengesahkan rilis cadangan AS.

Sementara itu, sebelumnya Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif menyampaikan komentarnya melalui Twitter bahwa setelah gagal melakukan tekanan maksimal, Pompeo beralih kepada penipuan maksimal. Zarif mengacu pada kampanye tekanan maksimum yang dinyatakan pemerintahan Trump pada Iran. AS telah memberlakukan sanksi semenjak Washington menarik diri dari perjanjian internasional Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) untuk membatasi ruang lingkup program nuklir Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement