Selasa 17 Sep 2019 05:57 WIB

Saudi Undang PBB Selidiki Serangan Kilang Minyak Aramco

Serangan menyebabkan produksi minyak saudi terganggu.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Arab Saudi.
Foto: AP/Cliff Owen
Bendera Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH –  Arab Saudi akan mengundang para pakar internasional untuk berpartisipasi dalam penyelidikan serangan terhadap kilang minyaknya. Pakar internasional yang diundang juga termasuk dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga meminta dunia untuk mengutuk mereka yang berada di belakang penyerangan terhadap kilang minyak tersebut.

Baca Juga

Di dalam investigasi awal, menunjukkan senjata Iran digunakan di dalam serangan tersebut. Serangan ini menyebabkan setengah produksi minyak Arab Saudi terganggu dan merusak pabrik pemrosesan minyak tanah terbesar di dunia.

"Kerajaan (Arab Saudi) mampu mempertahankan tanahnya dan rakyatnya, dan menanggapi dengan kuat serangan-serangan itu," kata perwakilan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

Perwakilan tersebut mengatakan, serangan itu menargetkan mengganggu pasokan minyak global. Arab Saudi juga menyebut serangan ini sebagai perpanjangan dari tindakan keras sebelumnya terhadap stasiun pompa minyak pada Mei 2019 lalu.

Sebelumnya,  sebuah aliansi militer yang dipimpin Arab Saudi mengatakan serangan ke kilang minyak di Arab Saudi dilakukan menggunakan senjata Iran. Aliansi tersebut menyatakan, berdasarkan temuan awal, serangan tersebut tidak diluncurkan dari Yaman.

Juru bicara koalisi, Kolonel Turki Almalki mengatakan, penyelidikan pada serangan tersebut menutup 5 persen dari produksi minyak mentah dunia. Saat ini, pihaknya melakukan investigasi untuk menentukan lokasi peluncuran.

"Hasil awal menunjukkan bahwa senjata tersebut adalah milik Iran dan kami saat ini sedang bekerja untuk menentukan lokasi. Serangan teroris ini tidak berasal dari Yaman seperti yang dikatakan oleh milisi Houthi," kata Malki dalam sebuah konferensi pers di Riyadh.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement