Rabu 28 Aug 2019 03:16 WIB

Erdogan Temui Putin Bahas Krisis Suriah

Erdogan mengunjungi Rusia untuk membahas situasi di Idlib, Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi Rusia, Selasa (27/8). Dia bertemu Presiden Vladimir Putin untuk membahas tentang situasi di Idlib, Suriah. 

Saat tiba, Putin mengajak Erdogan menghadiri pembukaan pertunjukan udara MAKS di Kota Zhulovsky. Acara itu rutin diselenggarakan setiap dua tahun untuk menampilkan industri dirgantara Rusia. 

Baca Juga

Seusai acara tersebut, mereka akan mengadakan pembicaraan bilateral. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan selain perihal krisis Idlib, Erdogan dan Putin juga akan membahas tentang peningkatan hubungan bilateral. 

"Turki adalah mitra dekat kami, sekutu kami. Kami terikat oleh perdahangan multi-aspek yang berkembang dengan baik dan hubungan ekonomi serta ikatan beragam, yang bahkan dekat di daerah sensitif seperti kerja sama militer teknis," ucapnya. 

Rusia dan Turki diketahui sama-sama memiliki peran langsung dalam konflik sipil Suriah. Moskow merupakan sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad. Sementara Ankara berada pada pihak oposisi yang menghendaki pelengeseran Assad. 

Tahun lalu, Turki dan Rusia menandatangani kesepakatan pembentukan zona de-eskalasi di Idlib yang dikuasai pemberontak. Namun dalam dua pekan terakhir, ketegangan antara kedua negara itu meningkat. Pemicunya adalah serangan udara militer Suriah yang didukung Rusia menargetkan konvoi pasukan Turki yang sedang dalam perjalanan ke Idlib. 

Pada 16 September mendatang, Putin dan Erdogan akan berpartisipasi dalam pertemuan di Ankara untuk membahas krisis Suriah. Presiden Iran Hassan Rouhani juga akan menghadiri pertemuan tersebut. 

Sejak pasukan Rusia dan Suriah melancarkan serangan ke Idlib, puluhan ribu warganya telah melarikan diri ke perbatasan Turki. Ankara menyatakan serangan tersebut menyebabkan krisis kemanusiaan dan menimbulkan ancaman bagi keamanan nasionalnya. Sejak konflik Suriah pecah pada 2011, Turki telah menampung lebih dari 3,6 juta pengungsi dari negara tersebut. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement