Ahad 15 Sep 2019 09:13 WIB

Aktivisis Hong Kong Joshua Wong Cari Dukungan di AS

Wong menyuarakan tuntutan pengunjuk rasa Hong Kong.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Aktivis Hong Kong Joshua Wong saat konferensi pers di Berlin, Jerman, 11 September 2019.
Foto: AP Photo/Michael Sohn
Aktivis Hong Kong Joshua Wong saat konferensi pers di Berlin, Jerman, 11 September 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Aktivisis prodemokrasi Hong Kong Joshua Wong mengatakan ia berusaha mencari dukungan anggota parlemen Amerika Serikat. Dukungan itu untuk membantu menyuarakan tuntutan pengunjuk rasa Hong Kong selama beberapa bulan terakhir, termasuk dapat menggelar pemilihan umum yang bebas.

Wong yang tengah berada di New York berencana pergi ke Washington. Ia adalah pemimpin gerakan pro-demokrasi 2014 yang disebut 'Gerakan Payung'. Unjuk rasa beberapa bulan terakhir yang dipicu rencana undang-undang ekstradisi tidak memiliki pemimpin.

Baca Juga

"Kami berharap, untuk dukungan bipartisan," kata Wong, Ahad (15/9).

Ia mengatakan anggota Kongres AS harus meminta negosiasi perdagangan AS-China juga memasukkan klausa hak asasi manusia. Wong berharap dapat menyakinkan anggota KongresAS untuk meloloskan undang-undang Hak Asasi dan Demokrasi Hong Kong.

Undang-undang itu membutuhkan justifikasi tahunan perlakukan khusus yang selama beberapa dekade sudah diberikan kepada Hong Kong, termasuk dalam perdagangan dan keistimewaan dalam berbisnis. Undang-undang itu juga berarti Washington dapat memberikan sanksi kepada pejabat  pemerintah China dan Hong Kong yang mengabaikan otonomi khusus pusat keuangan Asia tersebut.

Pada awal pekan ini, Senator AS Chuck Schumer mengatakan undang-undang ini akan menjadi agenda utama Senat Partai Demokrat dalam sesi baru yang dimulai pada Senin. Hong Kong kembali ke pangkuan China pada 1997 sebagai upaya mempertahankan kebebasan di kota itu Inggris mengembalikannya dengan kerangka 'satu negara dua sistem'.

China menuduh kekuatan asing terutama Amerika Serikat dan Inggris yang telah memicu kerusuhan di Hong Kong. Unjuk rasa baru-baru kerap berakhir dengan bentrokan antara demonstran dan polisi.

Selama beberapa bulan terakhir jutaan warga Hong Kong turun ke jalan. Mereka juga sempat menutup bandara selama dua hari. Tuntutan pengunjuk rasa antara lain adanya penyelidikan independen atas brutalitas polisi selama unjuk rasa berlangsung dan hak memilih pemimpin sendiri. 

China ingin mengakhiri unjuk rasa sebelum peringatan hari Kemerdekaan pada 1 Oktober. Negeri Tirai Bambu itu tidak melibatkan militernya dalam mengatasi unjuk rasa selama ini. Wong mengatakan rakyat Hong Kong tetap berjuang selama hari kemerdekaan.

"Kami akan melanjutkan unjuk rasa dengan tujuan meraih pemilihan umum yang bebas, saya tidak melihat alasan bagi kami untuk menyerah dan ini waktunya bagi dunia untuk berdiri bersama Hong Kong," kata Wong.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement