Kamis 19 Sep 2019 07:43 WIB

Enam Rencana Alternatif Partai Buruh Terkait Brexit

Partai Buruh ingin menghentikan niat PM Inggris menggolkan Brexit tanpa kesepakatan.

Bendera Uni Eropa dan bendera Inggris yang ditinggalkan demonstran pro-Brexit di Parliament Square di London, 29 Maret 2019.
Foto: AP Photo/Matt Dunham
Bendera Uni Eropa dan bendera Inggris yang ditinggalkan demonstran pro-Brexit di Parliament Square di London, 29 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Oposisi pemerintahan Inggris, Partai Buruh, ingin menghentikan niat Perdana Menteri Boris Johnson untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun (no-deal Brexit). Partai Buruh akan melakukannya dengan segala cara yang dapat dilakukan.

Partai tersebut juga akan menolak kesepakatan baru yang mungkin dia jalin dengan Uni Eropa. Pimpinan Partai Buruh, Jeremy Corbyn, ingin meraih kemenangan dalam pemungutan suara dan kembali menyelenggarakan referendum. Referensum akan menawarkan pilihan antara tetap bertahan di dalam Uni Eropa atau keluar dengan kesepakatan yang dinegosiasikan oleh partainya.

Baca Juga

Lantas, bagaimana rencana alternatif mereka?

Langkah Pertama: Menunda Brexit untuk menghindari keluar tanpa kesepakatan

Menurut Partai Buruh, meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun dapat mengakibatkan kekacauan ekonomi dan hilangnya pekerjaan. Untuk mencegah keadaan itu, Partai Buruh membantu mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan PM Johnson meminta UE menunda Brexit hingga 31 Januari 2020.

Undang-undang ini berlaku jika Johnson tidak dapat menyetujui kesepakatan keluar yang kemudian disetujui oleh parlemen, atau ia gagal mendapatkan izin parlemen untuk meninggalkan UE tanpa kesepakatan. Meski demikian, partai itu tetap khawatir sang perdana menteri tak akan mengacuhkan peraturan tersebut atau mencari celah memaksakan terjadinya no-deal Brexit pada 31 Oktober nanti.

Pemerintah Inggris menyatakan akan berpegang pada undang-undang yang berlaku, tetapi akan menguji sampai batas apa yang diperlukan.

Langkah Kedua: Menyerukan pemilihan umum

Partai Buruh berpendapat perlu diadakan pemilihan umum lebih awal untuk mengalahkan Partai Konservatif Johnson dan memungkinkan partai tersebut mengejar strategi keluar sendiri. Namun, mengatakan pemilihan hanya akan diadakan setelah risiko no-deal Brexit telah dieliminasi.

Partai tersebut juga telah dua kali menolak upaya Johnson mengadakan pemilihan awal bulan ini. Partai Buruh akan mendukung penyelenggaraan pemilihan apabila Johnson meminta penundaan Brexit.

Langkah Ketiga: Menjanjikan referendum Brexit baru

Partai Buruh mengatakan akan berkampanye dalam pemilihan apa pun, dengan janji akan mengadakan referendum kedua tentang meninggalkan Uni Eropa. Partai mengatakan referendum ini harus menjadi pilihan antara tawaran yang kredibel untuk meninggalkan Uni Eropa dan pilihan untuk tetap berada di blok.

Langkah Keempat: Menang dalam pemilihan

Survei pendapat terbaru menempatkan posisi Partai Buruh di belakang Partai Konservatif. Meski demikian, jarak antara keduanya bermacam-macam. Dalam tiga survei terbaru, Partai Buruh membuntuti Partai Konservatif dengan jarak 12, 9, dan 1 persen.

LANGKAH KELIMA: Negosiasi kesepakatan Brexit baru

Partai Buruh mengatakan akan menegosiasikan perjanjian keluar yang berbeda dengan Uni Eropa. Perjanjian tersebut akan berdasar pada perserikatan pabean baru, hubungan pasar tunggal yang dekat yang sampai saat ini belum didefinisikan, serta jaminan hak-hak pekerja dan perlindungan lingkungan.

Langkah Keenam: Mengadakan referendum

Partai Buruh menggantungkan kesepakatan baru pada pemungutan suara publik, begitu pula pilihan untuk tetap berada di dalam Uni Eropa. Partai belum mengatakan opsi mana yang akan mereka kampanyekan.

Beberapa anggota partai, termasuk anggota senior dalam tim Corbyn, mengindikasikan mereka akan berkampanye untuk tetap bertahan di dalam Uni Eropa. Corbyn mengatakan dalam sebuah artikel surat kabar pada Rabu: "Saya berjanji akan melakukan apa pun yang diputuskan oleh masyarakat, sebagai perdana menteri Partai Buruh."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement