Sabtu 21 Sep 2019 14:25 WIB

AS Berlakukan Sanksi Terbaru ke Bank Sentral Iran

Trump mengatakan Iran akan bangkrut.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Sanksi ekonomi AS untuk Iran.
Foto: republika
Sanksi ekonomi AS untuk Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Satu pekan setelah serangan drone di dua infrastruktur minyak Arab Saudi. Amerika Serikat (AS) menerapkan sanksi baru terhadap Iran termasuk ke bank sentral dan anggaran pembangunan.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan langkah ini di hadapan para wartawan di Gedung Putih. Setelah sebelumnya ia sempat mencicitkannya di media sosial Twitter.

Baca Juga

Iran membantah terlibat dalam serangan yang mengguncang produksi eksportir minyak terbesar di dunia, Arab Saudi. Kelompok Houthi yang didukung Iran dalam perang Yaman melawan koalisi Arab Saudi mengaku bertanggungjawab atas serangan itu.

"Ini adalah sanksi tertinggi yang pernah diterapkan kepada suatu negara, sayang sekali apa yang terjadi dengan Iran, ini akan menjadi neraka, melakukannya dengan buruk, praktisnya bangkrut, mereka bangkrut," kata Trump, Sabtu (21/9).

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan sekarang Washington memotong semua sumber pendanaan ke Iran. Sanksi terbaru ini mengincar bank sentral dan Dana Pembangunan Nasional Iran.

Dalam pernyataannya, Departemen Keuangan AS mengatakan sanksi ini juga mengincar Etermad Tejarate Pars Co. Menurut pemerintah AS, perusahaan itu digunakan untuk menyembunyikan transfer keuangan pembelian untuk militer Iran.

Para pakar meragukan seberapa keras sanksi terbaru ini memukul Iran. Mengingat sanksi sebelumnya telah mengeringkan pendapatan minyak Iran dan memotong hubungan bank-bank negara itu dengan dunia keuangan.

Sejak Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) ia sudah mulai memberlakukan kembali berbagai sanksi ekonomi terhadap Iran. Langkah yang membuat gelisah sekutu-sekutu AS yang juga menandatangani perjanjian itu.

Pakar keuangan yang bermarkas di London, Amir Paivar mengatakan tampaknya mengincar bank sentral sebagai sesuatu yang penting. Langkah terbaru AS ini hanya sekedar kosmetik.

"Hasil impor minyak Iran biasanya disimpan direkening bank-bank sentral seluruh dunia karena itu bank memiliki kepentingan sentral, tapi ekspor Iran minimum dan bank-bank global tidak bekerja dengan bank Iran, menunjuk Bank Sentral sekali lagi hanya sedikit lebih baik daripada kosmetik," kata Paivar.

Sanksi-sanksi AS bagian dari upaya Trump menekan Iran untuk kembali menegosiasikan program nuklir mereka. Selain itu, juga ambisi mantan penasihat keamanan Gedung Putih John Bolton untuk menguasai kawasan Timur Tengah. 

Sebelumnya, sanksi AS sudah menyerang berbagai sektor. Mulai dari kementerian luar negeri, Garda Revolusi, badan antariksa dan berbagai jaringan yang menurut Washington membantu meningkatkan program nuklir Iran.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement