Ahad 22 Sep 2019 11:20 WIB

Pengunjuk Rasa Hong Kong Targetkan Bandara

Bandara masih dinilai pengunjuk rasa Hong Kong sebagai aset penting pemerintah.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Petugas kepolisian bersiaga saat protes di Hong Kong, Ahad (22/9). Sebelumnya pengunjuk rasa membakar bendera China dan menyemprotkan lada ke polisi.
Foto: AP
Petugas kepolisian bersiaga saat protes di Hong Kong, Ahad (22/9). Sebelumnya pengunjuk rasa membakar bendera China dan menyemprotkan lada ke polisi.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Hong Kong mengumumkan pembatasan baru terhdap perjalanan kereta api pada Ahad (22/9), menjelang serangkaian protes yang menargetkan bandara oleh para demonstran. Pembatasan terjadi setelah bentrokan di jalanan yang meluas pada Sabtu malam (21/9).

"Bandara masih merupakan aset paling penting bagi pemerintah," kata seorang pemrotes menyebut namanya sebagai Kay (23 tahun) pada Sabtu. "Kami akan mengadopsi taktik hit-and-run dan setiap waktunya membantu kami menambah pengalaman. Itu sebabnya saya masih memanggil orang ke bandara," ucapnya.

Baca Juga

Protes pada Ahad akan dimulai di siang hari waktu setempat. Sebelumnya para pengunjuk rasa anti-pemerintah telah menargetkan bandara. Mereka menempati aula kedatangan, menghalangi jalan dan membakar jalan di kota terdekat Tung Chung.

Otoritas Bandara menyatakan, kereta Airport Express hanya akan memungkinkan penumpang untuk naik di pusat kota Hong Kong pada Ahad, bukan di semenanjung Kowloon. Disebutkan hanya orang yang memegang tiket diizinkan memasuki terminal.

"Ada panggilan (secara) daring untuk menggunakan boarding pass palsu, tiket pesawat palsu atau informasi pemesanan penerbangan palsu untuk memasuki gedung terminal. Otoritas Bandara mengingatkan bahwa perilaku seperti itu bisa sama dengan pemalsuan atau penggunaan instrumen palsu," sebut Otoritas Bandara dalam sebuah pernyataan.

Kekerasan telah menghantam Hong Kong selama lebih dari tiga bulan. Di samping itu, gambar-gambar bom bensin dan bentrokan jalanan yang disiarkan di seluruh dunia menyebabkan kesulitan bagi Beijing. Sebab ini terjadi beberapa hari menjelang peringatan ke-70 berdirinya China pada 1 Oktober.

Pemerintah Hong Kong telah membatalkan pertunjukan kembang api besar jika terjadi bentrokan lebih lanjut. China menyatakan mereka percaya pada pemimpin Hong Kong, Carrie Lam untuk dapat menyelesaikan krisis di Kota.

Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa yang melemparkan bom bensin di dua kota baru pada Sabtu, setelah kelompok-kelompok pro-China merobohkan "Lennon Walls" dari pesan-pesan anti-pemerintah. Disebutkan ada bentrokan keras di tempat lain di kota itu.

Polisi menyatakan ada banyak luka serius dalam perkelahian antara orang-orang dari pandangan berbeda. "Mereka melemparkan bom bensin ke kendaraan polisi dan petugas polisi, dan bahkan berusaha untuk menangkap revolver seorang petugas polisi," kata polisi dalam sebuah pernyataan pada Ahad.

Adapun protes dimulai pada Juni atas Rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi, yang sekarang ditarik. RUU jika disahkan akan memungkinkan tersangka dikirim ke China untuk diadili. Semenjak saat itu, tuntutan pengunjuk rasa juga semakin meluas. Mereka menyerukan hak pilih universal.

Para pengunjuk rasa marah terkait campur tangan China. Sementara China mengatakan pihaknya berkomitmen pada pengaturan satu negara, dua sistem, dan membantah ikut campur tangan. Mereka menuduh pemerintah asing termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah menghasut terjadinya kerusuhan, dikutip dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement