Rabu 09 Oct 2019 11:29 WIB

Menteri Kabinet Boris Johnson Ancam Mundur Jelang Brexit

Sekelompok menteri kabinet Inggris mengancam mundur jika Brexit tanpa kesepakatan.

Red: Nur Aini
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara kepada media di luar kantor perdana menteri 10 Downing Street di London, Senin (2/9). Johnson mengatakan dia tidak ingin ada pemilu di tengah krisis Brexit.
Foto: AP Photo/Matt Dunham
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara kepada media di luar kantor perdana menteri 10 Downing Street di London, Senin (2/9). Johnson mengatakan dia tidak ingin ada pemilu di tengah krisis Brexit.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadapi ancaman dari kabinetnya sendiri karena kekhawatiran Brexit terjadi tanpa kesepakatan. Sekelompok menteri dalam kabinet mengaku siap mundur.

Laporan surat kabar The Times pada Rabu (9/10) menyebutkan Menteri Kebudayaan Nicky Morgan, Menteri Inggris Urusan Irlandia Utara Julian Smith, Menteri Kehakiman Robert Buckland, Menteri Kesehatan Hancock dan Jaksa Agung Geofrrey Cox, berada di dalam daftar pengunduran diri. Seorang menteri kabinet yang tidak disebutkan namanya dan dikutip oleh surat kabar itu mengatakan "sangat banyak" anggota parlemen Koservatif akan mundur jika sampai pada Brexit tanpa kesepakatan.

Baca Juga

The Times menyatakan para menteri telah memperingatkan Johnson dalam satu pertemuan Kabinet mengenai risiko "besar" kembalinya kekuasaan langsung di Irlandia Utara. Mereka juga mengangkat keprihatinan mengenai Dominic Cummings, penasihat paling senior Johnson.

"Kabinet akan menetapkan strategi, bukan pejabat yang tidak dipilih. Jika ini adalah upaya untuk melakukan itu, maka itu akan gagal," kata laporan tersebut, yang mengutip seorang lagi menteri Kabinet.

Laporan itu disiarkan saat Uni Eropa menuduh Inggris memainkan "permainan bodoh saling menyalahkan" mengenai Brexit. Hal itu diketahui setelah satu sumber Downing Street mengatakan kepada Reuters kesepakatan pada dasarnya tak mungkin sebab Kanselir Jerman Angela Merkel telah mengajukan tuntutan yang tak bisa diterima.

Dengan hanya tersisa waktu tiga pekan sebelum Inggris dijadwalkan meninggalkan blok Eropa tersebut, masa depan Brexit masih sangat tidak pasti. Sementara London dan Brussels memposisikan diri mereka untuk menghindari disalahkan karena penundaan atau kekacauan dalam Brexit tanpa kesepakatan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement