Selasa 08 Oct 2019 16:36 WIB

Iran Desak Turki tidak Lanjutkan Serangan ke Kurdi

Zarif mendesak Turki menghormati integritas dan kedaulatan Suriah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif (tengah) di Teheran, Iran, 8 September 2019.
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif (tengah) di Teheran, Iran, 8 September 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mendesak Turki tidak melanjutkan serangan terhadap Kurdi Suriah. Pernyataan ini menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meninggalkan Kurdi menjelang serangan Turki ke Suriah.

Televisi pemerintah Iran melaporkan, Selasa (8/10), Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif memanggil mitranya dari Turki Mevlut Cavusoglu untuk menyampaikan posisi oposisi Teheran terhadap rencana operasi Turki. Zarif mendesak Turki menghormati integritas dan kedaulatan Suriah.

Baca Juga

Iran, Turki, dan Rusia telah bekerja sama sebagai bagian dari kelompok Astana tentang perang saudara Suriah. Perundingan yang berjalan paralel dengan upaya AS untuk menemukan solusi bagi konflik tersebut.

Trump minggu ini menyatakan pasukan AS akan angkat kaki dari Suriah. Padahal pasukan AS merupakan sekutu Kurdi dalam memukul mundur perlawanan dari kelompok ISIS.

Pada Sabtu lalu, Presiden Turki Tayyip Erdogan akan menggelar operasi militer darat dan udara di timur sungai Eufrat, Suriah. Turki sepakat membentuk zona aman di perbatasan dengan luas memanjang sejauh 30 kilometer ke dalam Suriah.

Zona aman harus bersih dari Pasukan Kurdi Suriah (YPG) yang mereka anggap sebagai kelompok teroris. Turki menuduh Amerika Serikat (AS) mendukung pasukan yang dipimpin YPG dalam melawan ISIS di Suriah.

Atas keputusan menyerang Kurdi Suriah, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menghancurkan perekonomian Turki. Dikutip di Aljazirah, dia berkicau melalui akun Twitter tidak akan segan bertindak saat Turki melakukan kebijakan yang menurut Trump terlarang.

Trump pun menegaskan Turki tidak menyentuh pasukan AS yang masih berada di Suriah. Trump mengaku telah menyampaikan permintaan itu langsung kepada Erdogan saat melakukan percakapan melalui telepon pada Ahad.

Pada Ahad lalu, Gedung Putih mengumumkan akan menarik pasukan AS dari timur laut Suriah. Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi memandang keputusan AS sebagai tikaman dari belakang.

Selama ini kedua belah pihak saling membantu dalam memerangi ISIS. SDF melihat keputusan tersebut dengan invasi Turki dapat membalikkan kemenangan ISIS. Hanya saja, keputusan yang diambil Trump tidak dapat berubah.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement