Rabu 09 Oct 2019 14:27 WIB

Iran Siap Jalin Pembicaraan dengan Saudi

Iran siap bekerja sama memecahkan masalah-masalah di kawasan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Sebuah lubang terlihat di sebuah bagian separator di lantai saat pekerja memperbaiki kerusakan akibat serangan drone dan rudal di fasilitas pengolahan minyak Aramco di Abqaiq, Arab Saudi, Jumat (20/9). Saudi memfasilitasi jurnalis mengunjungi fasilitas tersebut.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Sebuah lubang terlihat di sebuah bagian separator di lantai saat pekerja memperbaiki kerusakan akibat serangan drone dan rudal di fasilitas pengolahan minyak Aramco di Abqaiq, Arab Saudi, Jumat (20/9). Saudi memfasilitasi jurnalis mengunjungi fasilitas tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran mengaku siap menjalin pembicaraan dengan Arab Saudi. Teheran pun siap bekerja sama dengan Riyadh untuk memecahkan masalah-masalah di kawasan.

“Republik Islam (Iran) dapat berada di samping Saudi jika mereka ingin menemukan solusi untuk masalah-masalah regional di meja perundingan, tapi tidak melalui pembunuhan orang,” kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada Selasa (8/10), dikutip laman Mehr News Agency.

Baca Juga

Komentar Zarif itu merupakan responsnya atas kabar Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) meminta Irak dan Pakistan memediasi pembicaraan antara Iran dan Saudi. “Republik Islam selalu menyuarakan kesiapan bekerja sama dengan tetangga guna mengamankan keamanan regional,” ujarnya.

Pada Sabtu pekan lalu, New York Times sempat menerbitkan laporan yang menyebut Pangeran MBS meminta para pemimpin Irak dan Pakistan berbicara dengan Iran tentang meredakan ketegangan di kawasan. Hal itu sehubungan memanasnya situasi di sana pascaserangan terhadap dua fasilitas minyak Saudi Aramco pada September lalu.

Pemerintah Saudi mengatakan Irak dan Pakistan menawarkan diri untuk menengahi pembicaraan dengan Iran. Namun, Riyadh membantah langkah itu atas permintaan Pangeran MBS.

Sebelumnya, Menteri Perminyakan Iran Bijan Nambar Zangeneh mengaku telah melakukan pertemuan dengan Menteri Perminyakan Arab Saudi Pangeran Abdelaziz bin Salman di sela-sela acara Russia Energy Week di Moskow yang dihelat pekan lalu.

Zangeneh tak menjelaskan secara terperinci tentang apa saja hal yang dibicarakan saat bertemu Pangeran Abdelaziz. Dia hanya mengungkapkan pertemanan mereka telah terjalin selama 22 tahun dan kerap mengalami pasang surut.

Dia pun mengatakan kepada Pangeran Abdelaziz tak ada masalah bagi dia untuk bertemu dengannya. “Mereka (Saudi) seharusnya tidak memandang kami sebagai musuh karena musuh berada di luar wilayah ini,” kata Zangeneh seperti dilaporkan media lokal Iran, dikutip laman Al Araby pada Senin lalu.

Saudi belum mengonfirmasi atau merilis keterangan tentang pertemuan tersebut. Hubungan Saudi dan Iran kembali memanas setelah dua fasilitas minyak Saudi Aramco diserang pada 14 September lalu.

Serangan itu dilancarkan dengan mengerahkan 18 pesawat nirawak dan tujuh rudal jelajah. Sebanyak lima persen produksi minyak dunia dilaporkan terpangkas akibat peristiwa tersebut. Aramco diketahui merupakan perusahaan minyak terbesar di dunia.

Kelompok pemberontak Houthi Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, Barat meragukan klaim mereka mengingat kecanggihan dan daya jangkau serangan.

Amerika Serikat (AS) bersama Inggris, Prancis, dan Jerman justru menuding Iran sebagai pihak yang mendalangi serangan ke fasilitas Aramco. Namun, mereka memang belum memberikan bukti yang valid sehubungan dengan tuduhan tersebut.

Iran membantah terlibat dalam serangan terhadap Aramco. Presiden Iran Hassan Rouhani bahkan menantang negara-negara yang menuding keterlibatan negaranya dalam serangan Aramco agar membeberkan buktinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement