Kamis 10 Oct 2019 11:45 WIB

Australia Khawatir Resiko Serangan Teror Jika Pulangkan Perempuan ISIS

Rep: Amy Greenbank/ Red:

Menteri Dalam Negeri Australia, Peter Dutton mengatakan Australia beresiko mendapat serangan teror besar, bila pemerintah membantu memulangkan keluarga pejuang ISIS dari Suriah.

Keluarga Australia di Suriah

Peter Dutton mengatakan dirinya mendapat masukan bahwa beberapa perempuan dari keluarga ISIS 'adalah kelompok garis keras', karena suami atau pasangan mereka berjuang membela ISIS di Suriah.

"Mereka ini dalam penilaian kami, tidak semua, hanya beberapa diantara mereka memiliki potensi dan kapasitas untuk kembali ke sini dan membuat kekacauan yang memakan korban besar," kata Dutton kepada Radio 2GB.

"Jadi saya kira tidak mengejutkan kalau kita mengatakan tidak akan mengirimkan tentara untuk menyelamatkan orang-orang seperti ini."

Sekitar 20 perempuan asal Australia dengan lebih dari 40 anak-anak masih berada di kamp pengungsi al-Hawl di Suriah Utara, setelah anggota keluarga mereka tewas berjuang membela ISIS.

Beberapa diantara perempuan ini mengatakan mereka dijebak untuk pergi ke Suriah dan telah meminta bantuan pemerintah Australia untuk menyelamatkan mereka dari kamp pengungsi.

Namun Peter Dutton mengatakan masukan yang diterimanya tidaklah demikian.

"Masukan yang saya dapatkan mengenai para perempuan itu mengatakan mereka tidaklah dibujuk atau ditipu oleh suami atau pacar mereka," katanya.

"Mereka pergi dengan sukarela dan memiliki pandangan yang sama fundamentalnya dengan teroris pria yang kita lihat berjuang di Suriah dan Irak."

Pernyataan Peter Dutton ini muncul saat Turki mulai melakukan operasi militer di kawasan utara Suriah, lokasi dimana kamp pengungsi berada, setelah Amerika Serikat menarik pasukannya.

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia prihatin dengan aksi Turki dan memperingatkan ini bisa membuat ISIS bangkit kembali.

Ia mengaku sudah mengadakan kontak langsung dengan Amerika Serikat, Kamis pagi (10/10), selain juga sudah berbicara dengan pemerintah Turki.

"Kami khawatir mengenai kemungkinan serangan ini terhadap warga Kurdi, kami juga khawatir mengenai kemungkinan munculnya ISIS kembali," kata PM Morrison.

Sementara itu, Departemen Dalam Negeri Australia mengkonfirmasi sedikitnya 17 warga Australia, yang berkewarganegaraan ganda dan bergabung dengan ISIS, telah dicabut kewarganegaraan Australianya.

Namun mereka menolak memberikan rincian nama.

Belum jelas berapa diantara 20 perempuan Australia yang berada di kamp al-Hawl yang telah dicabut kewarganegaraannya.

Namun, PM Morrison mengatakan anak-anak dari mereka tidak akan dicabut haknya sebagai warga negara Australia.

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement