Senin 14 Oct 2019 07:57 WIB

Suriah akan Kerahkan Pasukan di Sepanjang Perbatasan Turki

Kembalinya pasukan Suriah meningkatkan risiko bentrokan antara Suriah dan Turki..

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Tentara Pembebasan Suriah (FSA) berpose di atas tank yang berhasil mereka rebut dari militer Suriah di sebuah desa di Provinsi Idlib, Suriah.
Foto: AP Photo/Edlib News Network ENN
Tentara Pembebasan Suriah (FSA) berpose di atas tank yang berhasil mereka rebut dari militer Suriah di sebuah desa di Provinsi Idlib, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pemerintah pimpinan Kurdi mengatakan, pasukan pemerintah Suriah akan ditempatkan di sepanjang perbatasan Turki. Pasukan tersebut untuk membantu gerilyawan Kurdi menangkis serangan militer Turki di Suriah utara.

Langkah yang diumumkan, Ahad (13/10), ini merupakan perubahan besar dalam aliansi untuk Kurdi Suriah. Pengumuman tersebut terjadi beberapa jam setelah Amerika Serikat (AS) mengatakan menarik pasukannya dari daerah itu untuk menghindari terjebak di tengah konflik yang meluas.

Baca Juga

Pemerintahan yang dipimpin Kurdi dalam sebuah pernyataan di Facebook, mengatakan telah memperantarai perjanjian dengan pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk melawan serangan Turki yang sedang berlangsung. "Untuk mencegah dan menghadapi agresi ini, sebuah kesepakatan telah dicapai dengan pemerintah Suriah sehingga tentara Suriah dapat dikerahkan sepanjang perbatasan Suriah-Turki untuk membantu Pasukan Demokratik Suriah (SDF)," kata pernyataan tersebut dilansir Aljazirah, Senin (14/10).

Langkah ini juga akan memungkinkan "pembebasan" kota-kota Suriah lainnya yang diduduki oleh tentara Turki, seperti Afrin. Tentara Turki dan sekutu pemberontak Suriahnya mengusir pasukan Kurdi dari Afrin pada 2018.

Sebelumnya, kantor berita pemerintah Suriah SANA melaporkan Damaskus yang didukung militer oleh Rusia dan Iran mengirim pasukan ke utara negara iuntuk menghadapi agresi Turki. Pernyataan tersebut tidak menyebutkan detail lebih lanjut.

Kembalinya pasukan pemerintah Suriah ke wilayah itu dinilai dapat semakin memperkuat kekuasaan Assad atas negara. Selain itu, dapat meningkatkan risiko bentrokan antara Suriah dan Turki.

Meski demikian, pemerintah Turki belum memberikan komentar langsung. Pemerintah di Ankara menganggap Kelompok Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang membentuk tulang punggung SDF merupakan kelompok teroris yang terkait dengan separatis Kurdi di Turki.

Perkembangan tersebut mencerminkan kekacauan yang telah terjadi dalam sepekan sejak Presiden AS Donald Trump memerintahkan pasukan AS di wilayah itu mundur. Langkah itu membuka jalan bagi serangan Turki terhadap para pejuang Kurdi. Keputusan Trump secara luas dikutuk di dalam dan luar negeri oleh para kritikus yang menuduhnya mengkhianati Kurdi. AS berjuang bersama Kurdi untuk membantu mengalahkan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan kepada CBS sebanyak 1.000 tentara AS akan ditarik dari Suriah utara karena meningkatnya bahaya yang ditimbulkan oleh pertempuran itu. "Kami memiliki pasukan Amerika yang kemungkinan terperangkap di antara dua pasukan, dan ini adalah situasi yang sangat tidak dapat dipertahankan," katanya.

Dia meyatakan Washington telah mempelajari Turki yang kemungkinan berniat memperluas serangan mereka lebih jauh ke selatan dari yang semula direncanakan dan ke barat. Turki melancarkan serangan militernya Rabu pekan lalu.

Turki berjanji membersihkan area itu dari unsur-unsur teroris dan menciptakan apa yang disebut 'zona aman' untuk memukimkan kembali beberapa dari 3,6 juta pengungsi Suriah di Turki. Zona aman yang diusulkan Turki membentang seluas 120 km dan berjarak 30 km di dalam Suriah. Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa wilayah itu mungkin lebih luas yang membentang antara kota-kota al-Hassakeh dan Kobane berjarak 440 Km.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement