Senin 14 Oct 2019 09:16 WIB

Turki akan Merangsek Masuki Suriah

Sekitar 950 pendukung ISIS melarikan diri dari kamp.

Iring-iringan kendaraan militer menuju ke perbatasan Turki-Suriah.
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Iring-iringan kendaraan militer menuju ke perbatasan Turki-Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Ahad (13/10), mengatakan, akan terus merangsek masuk ke dalam wilayah Suriah sejauh 30 hingga 35 kilometer. Ia juga menegaskan, ancaman sanksi dan embargo senjata oleh kekuatan Barat tak akan menghentikan operasi militer Turki menggerus milisi Kurdi di Suriah timur laut.

"Setelah meluncurkan operasi kami, kami sudah menghadapi ancaman seperti sanksi ekonomi dan embargo penjualan senjata. Mereka yang berpikir bahwa mereka bisa membuat Turki mundur dengan semua ancaman tersebut, amatlah salah," tegas Erdogan yang dikutip Aljazirah, Ahad.

Baca Juga

Pada Sabtu, Prancis dan Jerman menyatakan, menagguhkan ekspor senjata mereka ke Turki. Langkah ini dilakukan sebagai reaksi atas serangan Turki terhadap milisi Kurdi di Suriah, yaitu Kurdish People's Protection Units (YPG), salah satu anggota dari payung milisi Syrian Democratif Forces (SDF).

Turki menganggap YPG adalah bagian dari organisasi terlarang di Turki. Sedangkan, SDF adalah payung milisi yang menjadi rekan koalisi Amerika Serikat (AS) dalam memerangi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah.

Sementara itu, serangan Turki yang dimulai Rabu (9/10) telah mengusir 130 ribu orang hengkang dari rumah mereka. PBB mengatakan, angka itu kemungkinan akan meningkat tiga kali lipat.

"Kami telah melangkah ke tahap skenario rencana, yaitu 400 ribu orang di wilayah (serangan) dan wilayah yang terdampak kemungkinan akan kehilangan tempat tinggal," kata Jens Laerke, juru bicara lembaga kemanusiaan PBB OCHA yang dikutip Aljazirah.

Pendukung ISIS kabur

Pada Ahad, pasukan Turki mengklaim telah menguasai kota yang dikuasai Kurdi. Serangan di wilayah ini membuat ratusan pendukung ISIS kabur dari kamp. Kondisi ini membuat tentara AS yang masih tersisa di wilayah itu menarik diri dari pangkalan terdekat.

Seorang personel militer AS mengatakan, situasi di Suriah timur laut "porak-poranda dalam waktu dekat". Militer AS, katanya, memutuskan diri dari SDF yang sebelumnya menjadi mitra memerangi ISIS.

Menurut sang sumber, tentara AS terancam terisolasi di medan konflik. Mereka juga akan kesulitan bergerak tanpa menghadapi risiko bentrok dengan pasukan yang didukung Turki.

Kamp di Ein Eissa terletak sekitar 35 kilometer di selatan perbatasan Turki-Suriah. Ein Eissa adalah kota dengan populasi 12 ribu orang, termasuk menjadi tempat penampungan sekitar 1.000 istri dan janda militan ISIS beserta anak-anak mereka.

photo
Foto yang diambil dari sisi Turki di perbatasan Turki-Suriah di Akcakale, Provinsi Sanliurfa menunjukkan asap membumbung usai serangan militer Turki, Kamis (10/10).

Pemerintahan pimpinan Kurdi di Suriah timur laut menyatakan, 950 pendukung ISIS melarikan diri setelah mereka menyerang penjaga dan menyerbu gerbang. Mereka memanfaatkan kekacauan di kawasan itu. Namun, keterangan ini masih belum dapat dikonfirmasi ke pihak lain.

Lembaga kemanusiaan yang berpusat di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mengatakan, pesawat-pesawat Turki menyerang desa-desa dekat kamp penampungan ISIS pada Ahad. Penghuni kamp melarikan diri saat bentrok terjadi antara milisi Suriah dukungan Turki dan milisi Kurdi.

Laman the Guardian melaporkan Sabtu lalu, SDF menyatakan, menjaga para pendukung ISIS bukan lagi prioritas mereka. Panglima senior SDF menegaskan, pasukan Kurdi yang menjaga ISIS kemungkinan akan segera dikerahkan ke garis depan untuk menghadapi serangan Turki.

"Pengawalan penjara ISIS bukan lagi menjadi prioritas kami," demikian isi pernyataan komandan SDF. "Pertahanan tanah kami akan diutamakan jika militer Turki melanjutkan serangan mereka." n ap/reuters, ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement