Rabu 16 Oct 2019 02:00 WIB

Qatar Dukung Operasi Militer Turki di Suriah

Qatar menyebut Turki tidak bisa tinggal diam terhadap ancaman keamanan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Kendaraan militer Turki yang membawa tank sedang menuju Suriah Utara untuk operasi militer di daerah Kurdi, dekat perbatasan Suriah, dekat distrik Akcakale di Sanliurfa, Turki (14/15/2019).
Foto: EPA-EFE/Erdem Sahin
Kendaraan militer Turki yang membawa tank sedang menuju Suriah Utara untuk operasi militer di daerah Kurdi, dekat perbatasan Suriah, dekat distrik Akcakale di Sanliurfa, Turki (14/15/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Pemerintah Qatar mendukung operasi militer Turki di Suriah. Doha menilai, Turki memang tidak bisa tinggal diam terhadap ancaman keamanan yang ditimbulkan dari wilayah perbatasan Turki-Suriah.

“Senjata dan pelatihan yang diberikan kepada kelompok Kurdi selama perang melawan ISIS merupakan ancaman segera bagi keamanan Turki,” kata Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani saat berbicara di Global Security Forum di Doha, Selasa (15/10), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Menurut dia, Turki telah memberikan peringatan tentang mempersenjatai kelompok-kelompok Kurdi di Suriah. Namun hal itu memang tak didengar. “Kita tidak bisa melimpahkan kesalahan pada Turki karena Ankara ingin membersihkan wilayahnya dan melawan terorisme. Turki tidak bisa tinggal diam sampai teror menghantam wilayahnya,” ujarnya.

Sheikh Mohammed sepakat bahwa Partai Pekerja Kurdistan (PKK) adalah ancaman bagi keamanan Turki. Sebab PKK, kata dia, adalah kelompok teroris rahasia. “Satu-satunya tujuan Turki adalah memberantas ancaman di sana dan Ankara tidak ingin tinggal di wilayah Suriah di masa depan,” ucapnya.

Sejak pekan lalu, Turki membombardir kota-kota di timur laut Suriah. Dalam operasi yang diberi nama “Operation Peace Spring” itu Ankara hendak menumpas pasukan Kurdi yang menguasai wilayah perbatasan antara Suriah dan Turki.

Pasukan Demokratik Suriah (SDF) adalah pihak yang menjadi target militer Turki. SDF dikenal pula sebagai Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Mereka mengubah namanya menjadi SDF sejak bergabung dengan militer Amerika Serikat (AS) dalam memerangi milisi ISIS di Suriah.

Saat bergabung dalam misi memerangi ISIS, personel SDF mendapat pelatihan dari militer AS. Mereka pun disokong dengan senjata dan peralatan militer. Tindakan AS sempat diprotes oleh Turki.

Turki memandang YPG sebagai perpanjangan dari PKK. PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Ankara telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement