Kamis 17 Oct 2019 13:06 WIB

Erdogan: Tak Ada Gencatan Senjata

Erdogan tidak mengkhawatirkan sanksi apa pun dari negara-negara Barat.

Asap mengepul dikejauhan akibat roket yang ditembakkan Turki ke arah Ras al-Ayn, Suriah, Selasa, (15/10)
Foto: Lefteris Pitarakis/AP
Pasukan Turki menembakkan roket ke arah Ras al-Ayn, Suriah, Selasa, (15/10)

Pence ke Turki

Wakil Presiden AS Mike Pence dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dijadwalkan mengunjungi Turki pada Rabu waktu AS. Mereka ingin menekan Ankara agar menghentikan operasi militernya di Suriah.

“Mereka (Pence dan Pompeo) akan berangkat besok (Rabu--Red). Kami meminta gencatan senjata. Kami memberikan sanksi terkuat yang dapat Anda bayangkan,” kata Presiden AS Donald Trump kepada awak media di Gedung Putih pada Selasa (15/10), dikutip laman Fox News.

Di Turki, Pence dan Pompeo dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Erdogan. Pada kesempatan itu, Pence akan menegaskan kembali komitmen Trump perihal sanksi ekonomi terhadap Turki hingga sebuah resolusi tercapai.

AS diketahui telah mengumumkan sanksi terhadap Turki sebagai respons atas operasi militernya di Suriah. Trump memutuskan menunda perundingan kesepakatan dagang senilai 100 miliar dolar AS antara negaranya dan Turki.

Trump pun memutuskan menaikkan kembali tarif baja sebesar 50 persen. Menteri pertahanan, energi, dan tiga orang pejabat tinggi Turki turut dikenakan sanksi. Trump menyatakan siap menghancurkan ekonomi Turki jika melanjutkan operasi militernya di Suriah.

“Saya siap sepenuhnya untuk segera menghancurkan perekonomian Turki jika pemimpin Turki melanjutkan langkah yang berbahaya dan menghancurkan ini,” ujar Trump pada Selasa lalu.

Sejak 9 Oktober, Turki membombardir kota-kota di Suriah timur laut. Dalam operasi yang diberi nama Operation Peace Spring itu, Ankara hendak menumpas pasukan Kurdi yang menguasai wilayah perbatasan antara Turki dan Suriah.

Pasukan Demokratik Suriah (SDF) merupakan payung organisasi yang menaungi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang dianggap sebagai perpanjangan teroris di Turki. Saat bergabung dalam misi memerangi ISIS, personel SDF mendapat pelatihan dari militer AS. Mereka pun disokong dengan senjata dan peralatan militer.

photo
Pasukan Turki memasuki wilayah Manbij, Suriah, Ahad (14/10). Manbij merupakan wilayah Kurdi yang ditinggalkan oleh Pasukan AS.

Tindakan AS sempat diprotes oleh Turki. Turki memandang YPG sebagai perpanjangan dari PKK. PKK merupakan kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Ankara telah melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris.

Sementara itu, Inggris dan Kanada telah mengumumkan menangguhkan ekspor peralatan militer, termasuk senjata, ke Turki. Hal itu merupakan respons kedua negara atas operasi militer Turki di Suriah.

“Kanada dengan tegas mengutuk serangan militer Turki ke Suriah. Tindakan sepihak ini berisiko merusak stabilitas kawasan yang sudah rapuh, memperburuk situasi kemanusiaan, dan membalikkan kemajuan yang telah dicapai koalisi global melawan ISIS, di mana Turki menjadi anggota,” kata Kementerian Luar Negeri Kanada dalam sebuah pernyataan pada Selasa (15/10), dikutip laman al-Arabiya.

Inggris turut menangguhkan ekspor senjatanya ke Turki. “Kami akan menjaga ekspor pertahanan kami ke Turki di bawah peninjauan yang sangat hati-hati dan berkelanjutan,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab dalam sebuah pernyataan di parlemen, Selasa, dikutip laman al-Araby. n Kamran Dikarmaap/reuters ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement