Ahad 20 Oct 2019 10:21 WIB

Republikan Pendukung Pemakzulkan Trump Mundur

Republikan Francis Rooney memutuskan tidak mencalonkan diri kembali.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Presiden AS Donald Trump, 22 September 2019.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump, 22 September 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Partai Republik Francis Rooney mengatakan tidak akan mencalonkan diri untuk pemilihan kembali di Florida pada masa jabatan ketiga. Keputusan itu diambil setelah sebelumnya dia secara terbuka menyarankan untuk memakzulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Saya telah melakukan apa yang harus saya lakukan," kata Rooney kepada Fox News.

Baca Juga

Rooney mengatakan, dia mencalonkan diri sebagai Kongres untuk mendapatkan uang untuk proyek Everglades yang telah mendekam selama bertahun-tahun. Dia pun mencoba meloloskan larangan pengeboran lepas pantai dalam upaya melindungi Florida.

Mengusung tujuan itu, Rooney memenangkan pemilihan pertamanya pada tahun 2016. Dia awalnya berpikir tujuan itu akan membutuhkan hingga tiga periode. "Tapi saya pikir saya sudah melakukannya dalam waktu kurang dari dua," ujarnya, dikutip dari CNN, Ahad (20/10).

Anggota kongres ini mengatakan, ingin menjadi model untuk seorang pejabat memiliki batasan masa jabatan. "Orang-orang perlu menyadari ini adalah layanan publik, bukan kehidupan publik," kata Rooney.

Sehari sebelumnya, anggota Komite Urusan Luar Negeri House of Representatives ini menyatakan belum sampai pada kesimpulan Trump melakukan kejahatan yang memaksa pemecatannya dari jabatan. Pernyataannya sangat mengejutkan di kalangan anggota Dewan Republik tentang Trump. Bagian Urusan Luar Negeri merupakan salah satu komite yang melakukan investigasi yang mengarah pada pemakzulan Trump.

Rooney mengatakan, penjabat kepala staf Gedung Putih Mick Mulvaney membenarkan kejadian yang disangkal Trump dengan Ukraina pada Kamis. Dia pun sangat ingin belajar dari para saksi yang datang minggu depan.

Mulvaney mengatakan, administrasi Trump menahan uang sebesar 400 juta dolar AS untuk Ukraina karena ingin menyelidiki korupsi di Ukraina terkait dengan teori konspirasi yang melibatkan keberadaan server komputer Komite Nasional Demokrat yang diretas oleh Rusia selama kampanye presiden 2016. Ketika ditekan pada apakah Presiden mencari pertukaran bantuan, Mulvaney berkata, "Kami melakukan itu sepanjang waktu dengan kebijakan luar negeri."

Trump dan pejabat administrasi telah menyangkal selama berminggu-minggu dengan menuntut "quid pro quo" untuk memberikan bantuan AS. Kondisi ini merupakan bagian penting dari kontroversi yang telah memicu penyelidikan tuduhan di House of Representatives melawan presiden dari Partai Republik. Istilah "quid pro quo" merupakan frasa dari bahasa Latin yang berarti bantuan untuk bantuan.

"Presiden mengatakan tidak ada quid pro quo, saya memberi orang itu keuntungan dari keraguan dan datang untuk mencari tahu ada quid pro quo yang lebih jelas yang diakui oleh kepala stafnya," kata Rooney.

Rooney mengatakan beberapa Republikan mungkin takut ditegur oleh partai jika mereka menyatakan sikap skeptis tentang Presiden. Akhir karier politik di Partai Republik pun telah terasa, tetapi, dia menyatakan, pekerjaannya sebagai anggota kongres memang tidak untuk selamanya.

"Itu mungkin akhir dari segalanya bagi saya tergantung pada bagaimana keadaannya," kata Rooney, dikutip dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement