Ahad 13 Oct 2019 08:56 WIB

Israel akan Izinkan Yahudi Shalat di Masjid Al-Aqsha

Situasi di Yerusalem sedang menuju untuk mendapatkan kembali kedaulatan.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Andri Saubani
Suasana Dome of The Rock di kompleks Al Aqsa, Yerusalem.
Foto: Oded Balilty/AP
Suasana Dome of The Rock di kompleks Al Aqsa, Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel akan segera mengizinkan orang Yahudi untuk melakukan shalat di dalam Masjid Al-Aqsa. Menteri Keamanan Publik Israel Gilad Erdan menyatakan, Israel dapat segera mengizinkan orang-orang Yahudi untuk secara bebas melakukan shalat mereka di dalam Masjid Al-Aqsa, Jumat (11/10).

"Saya yakin ini akan segera terjadi, Insya Allah," ujar Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Gilad Erdan saat dikonfirmasi wartawan Makor Rishon dilansir Middle East Monitor, Sabtu (12/10).

Baca Juga

Ia mengatakan, situasi di Yerusalem sedang menuju untuk mendapatkan kembali kedaulatan dan kontrol atas tempat itu. Israel akan mencapai tujuan kami membuka gerbang Al-Aqsa bagi orang Yahudi.

Ia menjelaskan, ketika lebih banyak orang Yahudi menyatakan keinginan mereka untuk mengunjungi Gunung Bait atau Masjid Al-Aqsa. Setelah itu, ia meyakini akan ada tekanan yang meningkat, mengikuti permintaan yang meningkat, dan ia berharap hal ini segera terjadi.

"Ketika kita mencapai tahap ini, kita akan bekerja dan mendorong untuk mengubah status quo historis di Yerusalem dengan mempertimbangkan menghormati kepentingan internasional untuk Israel," jelas Erdan.

Namun, ia tidak dapat memprediksi kapan karena ini tidak hanya terkait dengan kekuatan atau kekuasaan dirinya. Akan tetapi, ia berharap ini akan terjadi dalam beberapa tahun mendatang, tidak lebih dari satu dekade.

Erdan menekankan, tidak ada hukum yang mencegah hal ini terjadi, terutama dengan dukungan Mahkamah Agung Israel. Israel akan mempertimbangkan situasi regional di Timur Tengah, yang rumit dan kompleks.

"Saya menghormati perjanjian damai dengan Jordan dan menganggapnya sebagai pencapaian yang sangat penting, tetapi tidak mungkin untuk menerima kesalahan sejarah. Prinsip berubah seiring waktu," tutur Erdan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement