Selasa 24 Sep 2019 08:24 WIB

Blok Arab Dukung Gantz daripada Netanyahu

Ini penghinaan untuk Netanyahu yang kerap lontarkan kebencian kepada Arab Israel.

Sebuah billboard kampanye dengan foto pemimpin Partai Blue and White Benny Gantz di sebuah kota Arab Baqa al-Gharbiyye di utara Israel, Senin (16/9). Israel menggelar pemilu pada 17 September 2019.
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Sebuah billboard kampanye dengan foto pemimpin Partai Blue and White Benny Gantz di sebuah kota Arab Baqa al-Gharbiyye di utara Israel, Senin (16/9). Israel menggelar pemilu pada 17 September 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Blok Arab di parlemen Israel tidak lagi lepas tangan. Mereka mendukung mantan perwira militer Benny Gantz sebagai perdana menteri. Hal tersebut berpotensi memberinya keunggulan dari Benjamin Netanyahu.

Langkah bersejarah ini menandai kali pertama dalam 30 tahun partai-partai Arab mendukung kandidat perdana menteri. Langkah ini menunjukkan penghinaan mereka kepada Netanyahu yang kerap melontarkan ujaran kebencian kepada Arab Israel selama kampanye.

"Benny Gantz bukan jagoan kami. Namun, kami berjanji kepada konstituen kami akan melakukan segalanya untuk menggulingkan Netanyahu dan standarnya di sini merekomendasikan Benny Gantz," kata anggota parlemen Israel dari partai Arab, Ahmad Tibi, Senin (23/9).

Namun, tetap tidak ada partai yang dapat membentuk pemerintahan tanpa dukungan dari Avigdor Lieberman yang partainya, Yisrael Beiteinu, mendapatkan sembilan kursi. Lieberman bersikeras ingin membentuk pemerintahan sekuler yang memangkas pengaruh Yahudi ultraortodok. Ia merupakan sekutu lama Netanyahu dalam mempertahankan kekuasaannya.

Sementara itu, selama Netanyahu didakwa tuduhan korupsi, Benny Gantz yang memimpin Blue and White tidak mau duduk di pemerintahan yang sama dengan pemimpin terlama Israel itu. Para pemimpin Likud yang loyal juga tampaknya tidak mau menyingkirkan Netanyahu.

Fokusnya akan berubah ke Presiden Reuven Rivlin. Dalam beberapa hari ke depan ia akan berbicara dengan semua pihak. Dia juga akan memilih kandidat yang menurut dia memiliki kesempatan paling banyak dalam membentuk koalisi pemerintahan bersama yang stabil.

Kandidat yang ditunjuk memiliki waktu 42 hari untuk membentuk koalisi pemerintahan. Jika hal tersebut gagal, presiden akan memberikan kesempatan kepada kandidat lainnya selama 28 hari.

Jika pembentukan itu kembali gagal, pemerintah dapat memerintahkan anggota parlemen untuk membentuk pemerintahan atau ia juga dapat menggelar pemilihan umum lagi, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Rivlin sudah berjanji untuk melakukan semua hal yang mungkin dapat dilakukan demi mencegah pemilihan umum ketiga.

Pemadaman listrik

Dalam perkembangan berbeda, krisis pasokan listrik terjadi di Tepi Barat. Laman Daily Sabah melaporkan, perusahaan listrik nasional Israel telah mulai mengurangi pasokan listrik ke sejumlah wilayah pendudukan di Tepi Barat karena masalah keuangan, Ahad (22/9) waktu setempat. Krisis kemanusiaan pun mengintai wilayah yang mengalami pemadaman.

Israel Electric Co mengatakan, pihaknya mengambil langkah itu karena Jerusalem District Electricity Co, sebagai distributor listrik utama Palestina, memiliki tunggakan utang yang membengkak sekitar 485 juta dolar AS. Warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza mengandalkan Israel untuk hampir semua pasokan listrik.

Seorang pejabat distributor listrik Palestina, Ali Hamodeh, mengatakan, listrik diperkirakan akan mati selama dua jam setiap hari di beberapa kota Palestina dalam pekan-pekan mendatang. Ia menuding Israel membesar-besarkan tingkat utang dan memanfaatkan isu ini menjadi eksploitasi politik. n lintar satria/fergi nadira/ap, ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement