Jumat 18 Oct 2019 11:50 WIB

Nasib Kekaisaran Jepang Tertumpu di Pundak Bocah 13 Tahun

Kelahiran Hisahito pada 2006 dipandang sebagai mukjizat oleh kaum konservatif.

Pangeran Hisahito ditemani kedua orang tuanya Pangeran Akishino dan Putri Kiko berpose di sekolah menengah pertama Ochanomizu University di Tokyo, Jepang, 8 April 2019.
Foto: Koji Sasahara/Pool via Reuters
Pangeran Hisahito ditemani kedua orang tuanya Pangeran Akishino dan Putri Kiko berpose di sekolah menengah pertama Ochanomizu University di Tokyo, Jepang, 8 April 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Ketika pangeran termuda Jepang, Hisahito, mengunjungi Bhutan pada Agustus dalam perjalanan pertamanya ke luar negeri. Perjalanannya dianggap sebagai debut seorang raja masa depan di panggung dunia. Perjalanan itu terjadi hanya beberapa bulan setelah pamannya, Naruhito, menjadi kaisar.

Menyapa tuan rumahnya dalam hakama, kimono pria tradisional dan mencoba memanah, kunjungan itu tidak banyak diketahui publik untuk bocah lelaki yang di pundaknya masa depan monarki itu bertumpu. Kaisar Naruhito (59 tahun) yang menjadi raja pada 1 Mei setelah pengunduran diri ayahnya, Akihito, akan mengumumkan penobatannya dalam upacara 22 Oktober di depan para pejabat asing dan domestik.

Baca Juga

Jepang hanya mengizinkan laki-laki untuk naik takhta di kekaisaran krisan kuno. Perubahan pada hukum suksesi merupakan kutukan bagi partai konservatif yang mendukung Perdana Menteri Shinzo Abe.

Hisahito (13) adalah laki-laki kerajaan satu-satunya untuk generasinya. Ia berada di urutan kedua setelah ayahnya, Putra Mahkota Akishino (53), adik lelaki kaisar.

"Di bawah aturan suksesi saat ini, Pangeran Hisahito pada akhirnya akan menanggung seluruh beban melanggengkan keluarga kekaisaran. Tekanan yang akhirnya akan pangeran ini terima terlalu sulit untuk direnungkan," kata surat kabar Asahi dalam editorial tahun ini.

Kelahiran Hisahito pada 2006 dipandang sebagai mukjizat oleh kaum konservatif yang ingin mempertahankan suksesi khusus pria. Tidak ada laki-laki di kekaisaran yang lahir sejak 1965.

photo
Sumber: Reuters

Setelah delapan tahun menikah, istri kaisar, Masako, melahirkan seorang gadis, Putri Aiko. Kelahiran Aiko mendorong gerakan merevisi undang-undang suksesi dan membiarkan perempuan mewarisi dan meneruskan takhta.

Tapi kelahiran Hisahito menunda gerakan itu. "Konservatif merasa kehendak surga telah terungkap," kata cendekiawan ilmu politik di Universitas Keio, Hidehiko Kasahara.

Sekarang, beberapa ahli dan media bertanya-tanya apakah Hisahito dipersiapkan dengan baik untuk masa depan. "Adalah penting untuk membuatnya sadar ia berada dalam posisi mewarisi takhta ketika berinteraksi dengan orang-orang, dan untuk mengingatnya sejak usia dini," kata Kasahara.

Konstitusi Jepang pasca-Perang Dunia Kedua tidak memberi kaisar otoritas politik. Kaisar menjadi simbol negara dan persatuan rakyat.

Hisahito menghadiri sekolah menengah pertama yang berafiliasi dengan Universitas Ochanomizu. Dia menjadi anggota keluarga kekaisaran pertama sejak perang yang belajar di luar sekolah swasta SMP Gakushuin.

Tidak seperti kakeknya, Akihito, yang mengukir peran aktif sebagai simbol perdamaian, demokrasi dan rekonsiliasi dengan para korban agresi Jepang di masa perang, Hisahito tidak memiliki mentor khusus untuk membantunya mempersiapkan diri sebagai raja masa depan.

photo
Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako menyapa masyarakat Jepang untuk pertama kali dari balkon di Imperial Palace, Tokyo.

Akihito dibimbing oleh Shinzo Koizumi, mantan presiden Universitas Keio, antara lain dan kemudian menjadi panutan bagi putranya, Naruhito. "Sangat penting untuk memiliki seseorang yang dapat menentukan dengannya apa yang cocok untuk seorang raja abad ke-21," kata ahli monarki Eropa di Universitas Kanto Gakuin, Naotaka Kimizuka.

Tapi tidak jelas sejauh mana Putra Mahkota Akishino atau Badan Rumah Tangga Kekaisaran secara serius mempertimbangkan hal itu. Apakah Hisahito memikul tanggung jawab penuh untuk melanjutkan garis kekaisaran masih belum jelas.

Ketika parlemen mengeluarkan undang-undang khusus yang memungkinkan Akihito turun takhta pada 2017, parlemen mengadopsi resolusi tidak mengikat yang meminta pemerintah mempertimbangkan bagaimana memastikan suksesi yang stabil.

Salah satu pilihan adalah untuk memungkinkan perempuan, termasuk Aiko dan dua kakak perempuan Hisahito, mempertahankan status keluarga kekaisaran setelah menikah dan mewarisi atau menyerahkan takhta kepada anak-anak mereka. Kaum konservatif ingin menghidupkan kembali cabang-cabang kerajaan kecil yang dicopot dari status kekaisaran setelah perang.

Abe, bagaimanapun, tidak mungkin menginginkan diskusi yang sulit. "Mereka ingin menunda debat sebanyak mungkin," kata Kasahara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement