Selasa 24 Sep 2019 10:25 WIB

Menlu Retno Bahas Pemulangan Rohingya dengan Utusan PBB

Indonesia mengambil peran dalam membantu penyelesaian masalah Rohingya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno LP Marsudi membahas soal Myanmar dengan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Urusan Myanmar, Christine Schraner-Burgener di sela Sidang Umum ke-74 PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Senin (23/9)
Foto: Dok Kemenlu
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno LP Marsudi membahas soal Myanmar dengan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Urusan Myanmar, Christine Schraner-Burgener di sela Sidang Umum ke-74 PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Senin (23/9)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno LP Marsudi membahas soal Myanmar dengan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Urusan Myanmar, Christine Schraner-Burgener di sela Sidang Umum ke-74 PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Senin (23/9).

Keduanya membahas seputar kondisi Muslim Rohingya, keadaan di Rakhine State hingga repatriasi Muslim Rohingya dari camp pengungsi Bangladesh ke Myanmar. "Kita masih sepakat bahwa repatriasi yang sukarela, yang aman, dan bermartabat itu menjadi prioritas kita," ujar Retno dalam media briefing usai pertemuan di New York, Senin.

Baca Juga

Retno mengatakan, dalam sepekan ini, Christine akan melakukan pertemuan dengan berbagai pihak termasuk Myanmar, China, dan Bangladesh yang akan membahas mengenai repatriasi. Christine, kata Retno juga berkali-kali menyampaikan apresiasi PBB terhadap peran Indonesia dalam membantu menyelesaikan masalah yang ada di Rakhine State. Hal itu seperti pembangunan Rumah Sakit di Rakhine State, meski belim diresmikan, namun rumah sakit tersebut sudah selesai pembangunannya.

"Tadi malam saya sudah bertemu Menlu Myanmar dan juga Wapres (Jusuf Kalla). Kita mungkin akan meresmikan rumah sakit itu pada awal Oktober, tapi semua tergantung situasi keamanan di Rakhine," ujar Retno.

Selain itu, Pemerintah Indonesia juga memberikan bantuan berupa pembangunan kapasitas (capacity building) kepada masyarakat Rakhine. Retno menekankan bantuan itu tidak difokuskan pada Rohingya semata. "Bantuan capacity building ini tidak hanya diarahkan kepada Muslim (Rohingya), tapi juga untuk semua etnis dan agama yang ada di sana. Bantuan ini diberikan dalam konteks mempertebal rasa kepercayaan mereka satu sama lain di sana," kata Menlu Retno.

Indonesia juga turut serta dalam mendirikan Pusat Asistensi Kemanusiaan ASEAN atau AHA Center yang membantu menangani para pengungsi Rohingya. Seperti diketahui, para pengungsi muslim Rohingya sebagian besarnya masih bertahan di sejumlah kamp pengungsian di Cox's Bazaar, Bangladesh. Bantuan AHA Center difokuskan pada masalah diseminasi informasi.

"Ada kekhawatiran sejumlah pihak mengenai radikalisasi di Cox's Bazaar. Itulah mengapa diseminasi informasi sangat penting. AHA Center juga membantu soal diseminasi informasi mengenai repatriasi," ujarnya.

Pemerintah Myanmar dan Bangladesh telah menyepakati repatriasi ratusan ribu Rohingya dari Cox's Bazaar. Namun hingga kini, sebagian besar Rohingya masih belum bersedia dipulangkan oleh sebab berbagai alasan, seperti soal status kewarganegaraan dan keamanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement