Rabu 23 Oct 2019 16:57 WIB

Turki Kirim Sinyal tidak akan Perluas Tekanan di Suriah

Turki membuat perjanjian dengan AS dan Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan Turki memasuki wilayah Manbij, Suriah, Senin (14/10). Manbij merupakan wilayah Kurdi yang ditinggalkan oleh Pasukan AS.
Foto: Ugur Can/DHA via AP
Pasukan Turki memasuki wilayah Manbij, Suriah, Senin (14/10). Manbij merupakan wilayah Kurdi yang ditinggalkan oleh Pasukan AS.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Setelah membuat perjanjian dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Kementerian Pertahanan Turki memberi sinyal tidak akan memperluas serangan mereka di timur laut Suriah.

Pada Rabu (23/10), Kementerian Pertahanan Turki mengatakan AS telah meminta milisi Kurdi di Suriah segera mundur dari wilayah yang diinvasi Turki bulan ini. Sebab perjanjian gencatan senjata yang disepakati berlangsung selama lima hari sudah hampir habis.

Baca Juga

"Sampai tahapan ini, tidak lagi dibutuhkan operasi baru di luar wilayah operasi saat ini," kata Kementerian Pertahanan Turki, Rabu (23/10). 

Hal ini dikatakan setelah Turki dan Rusia mengumumkan telah meraih kesepakatan. Pasukan mereka akan menggelar patroli gabungan di seluruh timur laut Suriah setelah pasukan Kurdi menarik diri.

Dalam kesepakatan itu, Turki akan tetap mengendalikan sebagian besar wilayah mereka mereka invansi. Sisanya akan dikendalikan oleh pasukan Rusia dan pemerintah Suriah.

Kesepakatan baru ini dicapai oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan setelah enam jam negosiasi. Mereka melakukan pertemuan dan perbincangan seputar peta Suriah di resor Sochi di Laut Hitam.

"Saya percaya perjanjian ini akan memulai era baru menuju stabilitas abadi Suriah dan dibersihkan dari terorisme. Saya berharap perjanjian ini bermanfaat bagi negara kita dan saudara-saudara kita di Suriah," kata Erdogan.

Perjanjian ini mengubah peta kekuasaan di Suriah secara drastis. Perubahan ini berawal dari keputusan Presiden AS Donald Trump menarik pasukan militer AS dari perbatasan Turki-Suriah. Meninggalkan Kurdi yang telah menjadi sekutu AS harus bertempur sendirian menghadapi invansi Turki.

Selama lima tahun tentara AS bertempur bersama pasukan pimpinan Kurdi untuk menjatuhkan kekuasaan kelompok ISIS di timur laut Suriah. Sekarang sebagian besar wilayah itu akan diserahkan kepada saingan AS. Pemenang terbesar dari keputusan Trump itu adalah Turki dan Rusia.

Turki mengusai seluruh wilayah yang mereka invansi. Sementara pasukan Rusia dan pemerintah Suriah akan mengawasi sisanya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement