Ahad 20 Oct 2019 12:05 WIB

1.000 Tentara AS dari Suriah akan Menuju Irak

Misi untuk pasukan itu adalah membantu mempertahankan Irak.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Pertahanan AS Mark Esper di Washington.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Menteri Pertahanan AS Mark Esper di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengatakan, hampir 1.000 tentara yang ditarik dari Suriah utara diperkirakan akan pindah ke Irak barat, Sabtu (19/10). Mereka akan melanjutkan perlawanan terhadap gerakan ISIS dan upaya membantu mempertahankan Irak.

Esper mengatakan, penarikan pasukan AS di Suriah timur laut akan terus berlanjut. Mereka akan dipindahkan ke Irak barat dengan menggunakan pesawat dan konvoi melalui jalur darat.

Baca Juga

"Rencana permainan saat ini adalah pasukan-pasukan itu untuk memposisikan kembali ke Irak barat," kata Esper, dikutip dari France 24, Ahad (20/10).

Esper mengatakan, misi untuk pasukan itu adalah membantu mempertahankan Irak dan melaksanakan misi anti-ISIS. Seorang pejabat senior pertahanan AS mengklarifikasi, situasinya masih lancar dan rencana bisa berubah.

Setiap keputusan untuk mengirim pasukan AS tambahan ke Irak kemungkinan akan banyak diteliti karena Iran terus-menerus mengumpulkan pengaruh. "Itu adalah rencana permainan saat ini, banyak hal dapat berubah antara sekarang dan setiap kali kami menyelesaikan penarikan tetapi itu adalah rencana permainan sekarang," kata pejabat senior itu.

Belum jelas apakah pasukan AS akan menggunakan Irak sebagai pangkalan untuk meluncurkan serangan darat ke Suriah dan melakukan serangan udara terhadap gerilyawan ISIS. Pasukan tambahan ini akan menambah lebih dari 5.000 tentara ASa yang sudah bermarkas di negara itu, melatih pasukan Irak, dan membantu memastikan ISIS tidak bangkit kembali.

Esper pun telah berbicara dengan rekannya dari Irak dan akan terus melakukan pembicaraan di masa depan. Meski begitu, langkah itu kemungkinan akan dilihat dengan skeptis oleh sebagian orang di Irak.

Irak berada di tengah-tengah krisis politik, karena protes massa telah menyebabkan lebih dari 100 kematian dan 6.000 cedera selama sepekan, sejak 1 Oktober. Peran Iran dalam menanggapi demonstrasi telah menjadi pengingat lain dari pencapaian Teheran di Irak, di mana sejumlah besar mantan komandan milisi sekarang menjadi anggota parlemen dan mendukung agenda Iran.

Esper pun menaruh perhatian terhadap gencatan senjata antara Turki dan Suriah yang sedang berjalan. Kamis lalu, Turki sepakat dalam pembicaraan dengan Wakil Presiden AS Mike Pence untuk melakukan genjatan senjata selama lima hari dalam serangan ke timur laut Suriah. Waktu tersebut diberikan untuk para pejuang Kurdi menarik diri dari "zona aman" yang dibangun Ankara di dekat perbatasan Turki dengan Suriah.

Gencatan senjata juga bertujuan meredakan krisis yang dipicu oleh keputusan mendadak Presiden AS Donald Trump awal bulan ini. Dia memerintahkan menarik semua tentara AS dari Suriah utara yang bejrumlah 1.000 orang. Langkah itu mendapatkan kritik di Washington dan di tempat lain sebagai pengkhianatan terhadap Kurdi yang telah berjuang selama bertahun-tahun bersama pasukan AS melawan ISIS.

Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan, Turki akan melanjutkan serangannya ke Suriah timur laut. Dia pun mengancam akan menghancurkan jika kesepakatan dengan Washington mengenai penarikan pejuang Kurdi dari daerah itu tidak sepenuhnya dilaksanakan.

"Saya pikir secara keseluruhan gencatan senjata umumnya tampaknya bertahan, kami melihat stabilisasi, jika Anda mau, di sana, dan kami memang mendapatkan laporan kebakaran yang terputus-putus, ini dan itu, itu tidak mengejutkan saya," ujar Esper.

Ada kekhawatiran serangan Turki ke Suriah timur laut akan memungkinkan militan ISIS untuk mengambil celah dan memanfaatkan untuk melarikan diri dari penjara yang dijaga oleh pejuang Kurdi. Esper mengatakan Amerika Serikat masih berhubungan dengan para pejuang Kurdi, yang dikenal sebagai YPG, dan mereka tampaknya terus mempertahankan penjara-penjara di daerah-daerah yang masih dikuasai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement