Kamis 24 Oct 2019 17:07 WIB

Turki dan Rusia Sepakati Penarikan Mundur Milisi Kurdi YPG

Turki dan Rusia juga sepakat untuk mengadakan patroli gabungan. Mereka pun mengumumkan memberikan waktu 150 jam bagi milisi Kurdi YPG untuk mundur dari wilayah perbatasan Turki-Suriah.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Reuters/S. Chirikov
Reuters/S. Chirikov

Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan dalam konferensi pers bersama Presiden Rusia Vladimir Putin, Selasa (22/10) waktu setempat, di Sochi mengatakan bahwa mereka telah sepakat untuk memberi waktu 150 jam kepada milisi Kurdi YPG untuk mundur sejauh 30 km dari perbatasan Turki-Suriah.

Gencatan senjata yang diperantarai Amerika selama lima hari pada pekan lalu, membuat pasukan Kurdi mundur dari perbatasan sejak invasi Turki ke wilayah timur laut Suriah. Sebelumnya, milisi Kurdi YPG telah menuntaskan kewajiban tersebut. Namun mereka belum mengkonfirmasi apakah mereka akan mundur lebih jauh sesuai hasil kesepakatan Turki dengan Rusia ini.

Erdogan juga mengatakan pasukan Turki akan menghancurkan basis dan kamp para milisi Kurdi.

Rabu (23/10) pagi, Kementerian Pertahanan Turki menerima informasi dari pihak Amerika bahwa penarikan milisi Kurdi dari wilayah perbatasan telah rampung. Mereka juga mengatakan tidak lagi diperlukan adanya tindakan-tindakan bersifat ofensif di wilayah tersebut.

"Pada tahap ini, tidak diperlukan lagi adanya operasi militer lainnya,” terang kementerian pertahanan Turki.

Baca juga: Jerman Ingin Bentuk Zona Aman Internasional di Suriah

Turki dan Rusia juga mengumumkan akan melakukan patroli gabungan di wilayah perbatasan Turki-Suriah, karena Rusia berniat untuk menjadi mediator terkuat di wilayah Timur Tengah.

Menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengapresiasi kesepakatan yang terjalin. Ia mengatakan hal tersebut akan mengakhiri pertumpahan darah di wilayah tersebut. Lavrov juga mengatakan bahwa Erdogan sepakat mengenai pentingnya integritas wilayah di Suriah.

Lavrov menambahkan bahwa kesepakatan tersebut menjadi isyarat akhir dari serangan Turki ke Suriah.

176.000 orang dievakuasi

Rusia telah lama menjadi sekutu bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang mana pasukan mereka telah masuk ke Suriah, ke wilayah yang dikuasai oleh pasukan Kurdi untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir setelah Amerika menarik pasukannya dari wilayah tersebut, yang kemudian mendorong invasi militer Turki . Karena itu Pasukan Demokratik Suriah mulai mendekati sekutu lain, Rusia dan rezim al-Assad.

Putin diketahui telah berkomunikasi dengan Assad dan memberitahukan kesepakatan dengan Turki dan mengatakan, pemerintah Suriah mendukung kesepakatan tersebut.

Dua minggu lalu, presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan penarikan pasukan AS dari Suriah. Keputusan ini membuka jalan bagi Erdogan memenuhi ambisi lamanya, yakni untuk mengusir pasukan Kurdi dari kawasan perbatasan, karena beberapa kelompok bersenjata pasukan Kurdi diketahui menjalin hubungan dengan kelompok Kurdi di Turki yang dianggap sebagai organsaisi teror.

Invasi Turki ke wilayah timur laut Suriah menyebabkan sekitar 176.000 orang harus mengungsi, kata PBB dalam pernyataannya, Selasa (22/10). Invasi militer Turki juga dikhawatirkanT melemahkan penjagaan pasukan SDF terhadap tpara ahanan ISIS, yang menyebabkan ratusan milisi ISIS dan keluarga mereka melarikan diri.

rap/hp (ap, rtr, afp)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement