Senin 04 Nov 2019 04:00 WIB

Hadiri KTT ASEAN-Cina, Jokowi Singgung Konektivitas Kawasan

Jokowi ungkap pentingnya pengembangan kawasan.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, sebelum pertemuan bilateral di sela KTT ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand, Ahad (3/11/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, sebelum pertemuan bilateral di sela KTT ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand, Ahad (3/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,BANGKOK -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-22 ASEAN-China yang digelar di Bangkok, Thailand, Ahad (3/11). Dalam kesempatan ini, Jokowi sempat berbicara mengenai pentingnya pengembangan konektivitas dan infrastruktur di kawasan Indo-Pasifik dan China.

Jokowi menyebutkan bahwa arah pembangunan infrastruktur dalam kawasan sudah tertuang dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Negara-negara ASEAN, ujarnya, sangat terbuka bila China bergabung dalam kerja sama regional ini.

"Kolaborasi membangun konektivitas dan infrastruktur adalah kebutuhan yang mendesak antara ASEAN dan RRT (Republik Rakyat Tiongkok)," ujar Presiden Jokowi.

Mendasari arah untuk kerja sama pembangunan infrastruktur inilah, Jokowi memandang bahwa sinergi Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC) 2025 dan Belt and Road Initiative (BRI) menjadi sebuah keniscayaan. Menurutnya, pengembangan konektivitas sangat penting untuk menjamin pertumbuhan ekonomi, termasuk dalam pengembangan pusat pertumbuhan baru di kawasan Indo-Pasifik.

 

Untuk itu, Indonesia berencana untuk menyelenggarakan Indo-Pacific Infrastructure and Connectivity Forum pada 2020. Jokowi juga mengundang Cina untuk ikut hadir dalam forum ini.

 

"Kami mengundang RRT baik Pemerintah maupun sektor swasta, untuk dapat hadir pada Forum tersebut," kata Jokowi.

 

Isu lainnya yang disampaikan Presiden adalah pentingnya  mempertebal Strategic Trust di kawasan. Poin ini, menurutnya, merupakan kata kunci dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Kawasan termasuk di Laut China Selatan.

 

"Trust akan terwujud jika kita berkomitmen untuk mengutakan dialog dan penyelesaian sengketa secara damai dan menghormati serta mematuhi hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982," ujar Jokowi.

 

Dalam pertemuan itu, Jokowi juga menjelaskan bahwa pada tahun ini negara di kawasan telah menyelesaikan putaran pertama perundingan Code of Conduct in the South China Sea. Presiden Jokowi berharap kemajuan dalam perundingan tersebut dapat selaras dengan situasi di lapangan dan tidak ada satu pihak manapun melakukan tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan.

"Dengan cara ini strategic trust antara ASEAN dan RRT dapat terjaga. Jika ini dilakukan, kemitraan ASEAN-RRT dalam 3 dekade ke depan akan menjadi pilar penting bagi stabilitas, perdamaian dan kemakmuran di Kawasan Indo-Pasifik,kata Jokowi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement