Ahad 03 Nov 2019 00:47 WIB

Museum Afrika-Amerika di AS Kenang Momen Kelam Perbudakan

IAAM menjadi tanda penghormatan mengenang momen kelam warga Afrika di AS.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Andri Saubani
Foto kuno perbudakan di masa perang sipil di Amerika
Foto: ap
Foto kuno perbudakan di masa perang sipil di Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, CHARLESTON -- Museum Afrika-Amerika Internasional (IAAM) segera hadir di Kota Charleston, Carolina Selatan, Amerika Serikat (AS), pada 2021. Museum menjadi tanda penghormatan yang mengenang momen kelam perbudakan warga etnis Afrika.

Mantan Wali Kota Charleston, Joe Riley pertama kali mengusulkan pendirian IAAM pada 2000. Hampir dua dekade setelahnya, konstruksi bangunan akhirnya mulai dibangun. Museum di tepi laut tersebut berlokasi di bekas Dermaga Gadsden yang bersejarah.

Dermaga Gadsden merupakan gerbang masuknya orang-orang Afrika yang diperbudak. Ratusan ribu pria, wanita, dan anak-anak pertama kali menginjakkan kaki di daratan AS lewat dermaga itu sebelum dibawa ke Amerika Utara dengan kapal budak.

Kondisi demikian terjadi pada puncak periode perdagangan budak transatlantik, antara 1783 sampai 1808. Tempat singgahnya para korban perbudakan di Carolina Selatan itu kerap dijuluki sebagai "Pulau Ellis dari Afrika-Amerika".

Rencananya, museum akan terdiri dari delapan ruang pameran. Salah satunya "Atlantic Connections Gallery" yang menggambarkan perjalanan perdagangan budak antarpelabuhan utama di Afrika, Eropa, dan Amerika.

Menurut pratinjau tata letak museum di situs web IAAM, galeri akan membangkitkan memori Middle Passage atau perjalanan paksa orang Afrika yang diperbudak melintasi Samudra Atlantik. Ada jalan setapak yang menghubungkan dua ruang semitertutup.

Satu bagian mewakili barracoon, sejenis barak yang digunakan untuk membatasi orang Afrika yang diperbudak sebelum pelayaran. Bagian lain mewakili Gadsden's Wharf, gudang tempat para tawanan menunggu proses transaksi penjualan.

Bagian dari ruang pamer lain menampilkan kejamnya praktik kerja paksa budak di masa silam. Mereka dipaksa menanam padi, tembakau, tebu, dan kapas yang hasilnya menjadi bahan bakar bagi kekayaan dan pertumbuhan ekonomi AS.

Ada pula garis waktu sejarah Carolina Selatan yang mencerminkan dampak perbudakan di masyarakat AS, juga arsip dan pohon silsilah leluhur Afrika-Amerika. Publik bebas menjelajahi semua lokasi saat IAAM dibuka pada akhir 2021 mendatang.

Pengelola berharap kehadiran museum IAAM membuat pengunjung merenungkan aspek "apa dan mengapa" dalam konteks perbudakan. Tidak ada tempat yang lebih tepat memikirkannya daripada titik awal masuknya korban perbudakan itu di AS, dikutip dari laman Afar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement