Kamis 07 Nov 2019 09:32 WIB

Presiden Cile Bantah Polisi Bunuh Warga Sipil dalam Demo

Kekerasan dalam demonstrasi di Cile menyebabkan 20 kematian.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Demonstrasi di Cile
Foto: AP Photo/Miguel Arenas
Demonstrasi di Cile

REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Preside Cile Sebastian Pinera mengatakan, pemerintahannya tidak menyembunyikan apapun menyusul adanya tuduhan terhadap polisi negara yang membunuh, menyiksa, dan menyerang warga sipil selama demonstrasi.

Jaksa penuntut umum negara mengatakan, lima dari 20 kematian yang tercatat selama demonstrasi diduga keras berada di tangan pasukan keamanan. Bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi memang telah mengubah bagian dari ibu kota Santiago menjadi medan pertempuran selama beberapa malam terakhir.

Baca Juga

"Kami benar-benar transparan tentang angka-angka itu sebab kami tidak menyembunyikan apapun," ujar Pinera dalam pidato yang dikutip laman Channel News Asia, Kamis (7/11).

Pada Rabu, pengunjuk rasa memperluas aksinya ke distrik-distirk perumahan kaya yang sejauh ini belum tersentuh oleh gelombang demo. Wilayah itu seperti pada pusat perbelanjaan besar negara yang menopang ekonomi negara.

Ratusan siswa menyemut ke distrik itu. Mereka menjarah sebuah apotek dan dua bank lantas bentrok dengan polisi anti huru hara ketika lalu lintas semrawut.

Costanera Center adalah pusat perbelanjaan terbesar di Amerika Selatan dan merupakan simbol ekspansi ekonomi yang menjadikan Cile salah satu negara paling stabil di kawasan hingga kerusuhan terakhir ini. Polisi anti-huru hara pun menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan massa yang berkonsentrasi di berbagai daerah di sekitar mal.

"Kami tengah berada pada tingkat kekerasan dan kehancuran yang belum pernah terlihat sebelumnya," kata wali kota distrik kelas atas Providencia, Evelyn Matthei.

Pesan-pesan lain di media sosial mengajak para pengunjuk rasa berkumpul di distrik Vitacura kelas atas di Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin dan Karibia. "Waktunya telah tiba untuk sampai ke timur," kata satu pesan dengan menunjukkan daerah-daerah kelas atas ibu kota.

"Orang-orang sedih dan takut tentang bagaimana negara dapat kembali normal," kata Andrea Ortega, seorang pengacara berusia 43 tahun yang meninggalkan kantornya lebih awal untuk menjaga anak-anaknya. Dia khawatir terjadi kerusuhan di distrik yang sampai sekarang dibiarkan tanpa cedera oleh kekerasan.

Ribuan pengunjuk rasa juga berkumpul di Plaza Italia kota itu. Tempat itu adalah pusat protes selama tiga minggu terakhir.

Pada Selasa, petugas anti-huru hara menembakkan peluru tembakan yang melukai dua siswa dari satu kelompok yang mencoba menyerbu sebuah sekolah menengah negeri di Santiago. Para siswa dirawat di rumah sakit dan dibebaskan.

Krisis di Cile memaksa pemerintah membatalkan KTT ekonomi dan iklim internasional serta pertandingan sepak bola internasional utama, final Copa Libertadores. Misi HAM PBB dilaporkan tengah menyelidiki dugaan kebrutalan polisi selama kerusuhan itu.

Komisi Antar-Amerika untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Washington meminta otorisasi Pinera mengizinkan untuk mengirim misi ke Cile atas permintaan kelompok-kelompok hak asasi manusia. Sementara, lembaga Hak Asasi Manusia Nasional Cile mengatakan pihaknya telah membawa tindakan hukum atas 181 kasus termasuk dugaan pembunuhan, kekerasan seksual, dan penyiksaan oleh polisi militer.

Pinera mengatakan agen negara yang melakukan pelanggaran akan dihukum sama beratnya dengan mereka yang melakukan vandalisme atau kekerasan dalam protes. Dia telah merombak pemerintahannya dan mengumumkan serangkaian kebijakan baru yang ditujukan untuk menenangkan para pengunjuk rasa.

Kebijakan terbaru yakni pada Rabu ia menandatangani undang-undang yang menjamin upah bulanan minimum sekitar 467 juta dolar AS. Namun para pengunjuk rasa terus menuntut agar presiden miliarder sayap kanan itu mundur. Meski demikian, dalam wawancara dengan BBC, Selasa, Pinera menegaskan ia tidak akan mundur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement