Kamis 07 Nov 2019 08:06 WIB

Israel akan Bangun Kereta Gantung di Yerusalem

Proyek kereta gantung Israel dinilai dapat merusak Yerusalem.

Rep: Lintar Satria/Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Suasana Kota Yerusalem.
Foto: Picryl
Suasana Kota Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kabinet perumahan Israel menyetujui rencana kontroversial untuk membangun kereta gantung di kota suci Yerusalem. Kereta gantung tersebut dapat membawa 3.000 orang per jam dari Yerusalem Barat ke Tembok Barat.

Pemerintah Israel mengatakan proyek tersebut akan mengurangi kepadatan lalu lintas. Tapi penentangnya mengatakan kereta gantung akan merusak tempat bersejarah itu.

Baca Juga

Dilansir dari BBC, Kamis (7/11) mereka yang menentang proyek itu akan mengajukan petisi ke Mahkamah Agung Israel untuk menghentikannya. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Emek Shaveh yang bekerja melindungi warisan budaya telah memperingatkan kereta gantung akan merusak Yerusalem.

Selain itu, kereta gantung akan membawa dampak buruk bagi warga Palestina yang tinggal di Silwan, daerah yang berada di bawah jalur kereta gantung. Proyek itu juga dinilai hanya untuk 'melayani agenda politik'. Proses perencanaannya juga melalui 'jalur cepat'.

Otoritas Palestina dan pemerintah Yordania, penjaga kompleks dibalik Tembok Barat yang muslim kenal sebagai al-Haram al-Sharif dan Temple Mount bagi Yahudi juga sudah mengungkapkan keprihatinan mereka atas rencana tersebut. Mereka mengatakan kereta gantung akan berdampak buruk bagi Yerusalem.

Tembok Barat puing-puing sisa kuil Yahudi yang dihancurkan orang Romawi 2000 tahun yang lalu. Setiap tahunnya situs itu menarik jutaan peziarah dan pengunjung.  

Sebelum kabinet perumahan Israel menyetujui rencana tersebut. Menteri Keuangan Israel Moshe Kahlon mengatakan Tembok Barat tidak memiliki cukup akses.

"Tidak mungkin lalu lintas padat mencegah ribuan orang untuk beribadah, berkunjung dan menggelar upacara militer dan nasional yang dilakukan di sana," kata Kahlon kepada surat kabar Israel, Haaretz.

Menurut Menteri Urusan Yerusalem Zeev Eikin mengatakan proyek itu bertujuan untuk mempromosikan pariwisata di Yerusalem. Upaya Israel untuk mengubah visi-misi menjadi kenyataan.

Yerusalem menjadi pusat dari konflik Israel-Palestina. Bagi Israel Yerusalem ibu kota 'abadi dan tak dapat dipisahkan'. Sementara, Palestina mengklaim Yerusalem Timur diduduki Israel dalam perang 1967.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement