Kamis 07 Nov 2019 15:58 WIB

Trump Tolak Biayai Pasukan Keamanan Palestina di Tepi Barat

Donald Trump mencabut dukungan dana kepada Palestina secara bertahap.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden AS, Donald Trump
Foto: VOA
Presiden AS, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan menolak untuk membiayai pasukan keamanan Palestina yang wilayah Tepi Barat yang diduduki. Awal tahun ini, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu meminta Trump melakukan hal itu.

Kabar penolakan itu dilaporkan situs berita Axios yang berbasis di Washington, AS. Ia menginformasikan bahwa sekitar enam bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS menyadari terdapat dana bantuan sebesar 12 juta dolar AS untuk pasukan keamanan Palestina. 

Baca Juga

Dana itu belum dipotong sama sekali. Pemerintahan Trump diketahui mulai mencabut dukungan dananya secara bertahap untuk Palestina, termasuk organisasi atau lembaga yang membantunya. 

Departemen Luar Negeri AS baru menyadari dana itu setelah Duta Besar Israel untuk AS Ron Dermer dan pejabat Israel lainnya meminta Washington mentransfer uang tersebut guna membantu pasukan keamanan Palestina yang bekerja dengan Israel di Tepi Barat. Namun, Trump menolak permintaan tersebut. "Jika itu penting bagi Netanyahu, dia harus membayar orang Palestina 12 juta dolar AS," ujar Trump kepada para asistennya, dikutip laman Anadolu Agency. 

Uang tersebut tak pernah ditransfer hingga kini. Tahun lalu, Trump telah menghentikan pendanaan rutin AS kepada Badan Pekerjaan dan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). 

Keputusan Trump segera mengakibatkan UNRWA krisis pendanaan. Washington merupakan penyandang dana terbesar bagi badan tersebut dengan kontribusi rata-rata 300 juta dolar AS per tahun. 

Penghentian dana bantuan bagi UNRWA disebut merupakan strategi Trump untuk menekan Palestina agar bersedia melanjutkan perundingan damai. Sejak AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017, Palestina memang memutuskan mundur dari perundingan damai dengan Israel yang dimediasi Washington. 

Palestina tak lagi memandang AS sebagai mediator yang netral. Sebab, ia terbukti membela kepentingan politik Tel Aviv. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement