Ahad 03 Nov 2019 20:56 WIB

Rusia Dorong ASEAN Hapus Monopoli Industri Teknologi

Rusia menilai monopoli industri teknologi hambat kompetisi dan inovasi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agung Sasongko
Perdana Menteri Rusia Dimitry Medvedev.
Foto: Live Journal / svintuss
Perdana Menteri Rusia Dimitry Medvedev.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev mendorong negara-negara ASEAN bergabung dengan Moskow untuk menghilangkan monopoli dalam industri teknologi tinggi.

"Perusahaan dan seluruh negara semakin tergantung pada perangkat keras dan lunak. Beberapa perusahaan memiliki peluang besar di sektor ini dan pada kenyataannya mereka sering mendominasi pasar," kata Medvedev saat menghadiri ASEAN-2019 Business and Investment Summit di Bangkok, Thailand, Ahad (3/11), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Dia mengatakan dengan munculnya teknologi baru, kesenjangan sosial-ekonomi antara negara-negara menjadi lebih nyata. Oleh sebab itu teknologi sangat menentukan tingkat kesejahteraan negara.

"Kita semua tahu bahwa ada pemimpin di antara perusahaan teknologi terbesar di dunia: lima di antaranya berasal dari AS, dua dari China," kata Medvedev.

Menurut dia, monopoli menghambat kompetisi yang sehat dan pengenalan ide-ide baru yang menjanjikan serta memiliki dampak negatif pada keamanan informasi.

"Oleh karena itu, negara kita, Rusia, mengadvokasi upaya bersama untuk menghilangkan monopoli area ini, mengembangkan persaingan di dalamnya, untuk menciptakan solusi baru dalam perangkat lunak dan teknologi," ujarnya.

Medvedev berpendapat, negara-negara yang tidak memiliki platform digitalnya sendiri dapat kehilangan, jika bukan kedaulatan, setidaknya sejumlah besar peluang, dan secara umum hak mereka untuk masa depan di dunia yang berubah.

"Tanpa teknologi sendiri, ternyata tidak ada pengembangan sendiri," kata dia.

Menurut Medvedev, solusi teknologi baru adalah peluang besar bagi pebisnis dan negara. Kendati demikian, solusi bersama juga diperlukan untuk memerangi tantangan revolusi industri keempat pada skala global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement