Kamis 07 Nov 2019 00:08 WIB

Iran Aktifkan Kembali Infrastruktur Nuklir

Iran mengurangi komitmennya dalam kesepakatan nuklir.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mulai menyuntikkan gas uranium ke sentrifugal di fasilitas nuklir bawah tanah Fordo. Langkah itu menunjukkan Iran semakin mengurangi komitmen kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan hal itu artinya fasilitas nuklir Fordo kembali menjadi infrastruktur atom. Sebelumnya, karena JCPOA, fasilitas nuklir Fordo hanya tempat penelitian.

Baca Juga

Kemarin Departemen Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan memperpanjang izin bagi sipil yang ingin berkerja sama dengan Iran dalam proyek nuklir. Perusahaan nuklir milik pemerintah Rusia, Rosatom dapat melanjutkan kerja mereka di lokasi tersebut.

Dalam JCPOA 1.044 sentrifugal di Fordo berputar tanpa gas uranium hexafluoride yang kini telah Iran suntikkan. Pengumuman Rouhani tersebut menunjukan meningkatnya perkembangan program nuklir Iran. Hal itu juga menambah tekanan kepada negara-negara Eropa yang tetap bertahan di JCPOA.

Negara-negara Eropa berjanji mencari cara agar Iran dapat menjual minyak mentah mereka tanpa melanggar sanksi AS. Dalam pengumumannya, Rouhani juga mengancam akan menarik Iran sepenuhnya dari perjanjian itu pada awal Januari 2020. Artinya, Teheran dapat mengubah reaktor nuklir menjadi senjata.

"Kami sadar dengan sensitifitas terhadap fasilitas Fordo dan sentrifugalnya, pada saat yang sama, kami tidak dapat menoleransi kami memenuhi seluruh komitmen kami dan tidak ada komitmen di pihak mereka," kata Rouhani dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Rabu (6/11).

Pengawas nuklir PBB International Atomic Energy Agency (IAEA) menolak memberikan komentar atas pengumuman Rouhani tersebut. IAEA badan yang mengawasi Iran agar mereka memenuhi kesepakatan JCPOA.

Kantor berita Iran IRNA melaporkan utusan Iran untuk IAEA sudah melaporkan keputusan Teheran tersebut kepada badan pengawas PBB itu. Mereka juga sudah meminta para pengawas untuk hadir dalam proses penyuntikan gas di Fordo.

Juru bicara Uni Eropa Maja Kocijancic mengatakan blok regional tersebut 'prihatin' dengan keputusan Teheran. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Morgan Ortagus mengatakan Washington mengecam langkah tersebut. Ia mengatakan Iran awalnya membangun Fordo sebagai 'benteng bawah tanah yang digunakan untuk melakukan pengayaan uranium secara rahasia'.

"Iran tidak punya alasan yang kredibel untuk memperluas program pengayaan uranium, di fasilitas Fordo atau di mana pun, tidak ada hal lain pemerasan nuklir hanya akan memperburuk isolasi ekonomi dan politik," kata Ortagus.

Para pakar menilai pengumuman ini menjadi kerusakan besar bagi kesepakatan JCPOA yang sudah kusut. "Mereka semakin dan semakin kuat lagi, sekarang mereka tidak memotong lemak," kata Richard Nephew, seorang pakar di Columbia University yang terlibat dalam JCPOA saat masih bekerja di Departemen Luar Negeri AS.

Fordo terletak sekitar 25 kilometer utara kota Qom, kota suci bagi muslim syiah dan bekas tempat pembuangan limbah peluru. Dibentengi pengunungan, fasilitas itu dilindungi senjata anti-pesawat dan persenjataan berat lainnya.

Ukurannya sebesar lapangan sepakbola, cukup besar untuk menjadi rumah bagi 3.000 sentrifugal. Tapi terlalu kecil untuk membuat pemerintah AS curiga lokasi itu digunakan untuk tujuan militer.

Iran mengakui keberadaan Fordo pada 2009 ketika negara-negara Barat menekan program nuklir mereka. Barat khawatir Iran dapat menggunakan program itu untuk membangun senjata nuklir. Iran bersikeras program nuklir mereka untuk perdamaian.

Sentrifugal di Fordo adalah generasi pertama IR-1s. Dalam JCPOA sentrifugal di Fordo boleh berputar tanpa gas uranium, sementara memperbolehkan 5.050 IR-1s di fasilitas Natanz untuk pengayaan uranium.

Dalam pengumumannya Rouhani tidak mengatakan apakah sentrifugal di Fordo digunakan untuk pengayaan uranium atau tidak. Ia menekankan langkah yang sudah diambil sejauh ini termasuk melewati batas pengayaan yang ditetap JCPOA dapat diubah lagi jika Eropa melakukan apa yang telah mereka janjikan.

Namun, mekanisme perdagangan yang dijanjikan negara-negara Eropa belum juga ada tindaklanjutnya. Janji Prancis untuk memberikan kredit senilai 15 miliar dolar AS pun belum muncul.

"Kami harus dapat menjual minyak kami, kami harus dapat membawa uang kami ke negara kami," kata Rouhani.  

Dalam JCPOA yang membatasi pengayaan uranium Iran menjadi Fordo sebagai 'pusat teknologi, fisika dan nuklir'. Rosatom belum memberikan komentar tentang hal itu. Tapi Deputi Kementerian Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan proyek gabungan Rusia-Iran di Fordo akan terdampak oleh keputusan Teheran itu.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement