REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pada 5 November 1968, Richard Nixon dari Partai Republik memenangkan salah satu pemilihan terketat dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Dia mengalahkan Wakil Presiden Hubert Humphrey dari Demokrat.
Penampilan kuat kandidat partai ketiga George Wallace membuat baik Nixon maupun Humphrey tidak menerima lebih dari 50 persen suara rakyat. Nixon mengalahkan Humphrey dengan kurang dari 500 ribu suara.
Dilansir History, Nixon berkampanye di platform yang dirancang untuk mencapai "mayoritas diam" kelas menengah dan kelas pekerja Amerika. Dia berjanji untuk "membawa kita bersama lagi,". Sebab banyak orang Amerika yang lelah setelah bertahun-tahun protes antiperang dan hak-hak sipil, senang mendengar perdamaian kembali.
Kebijakan luar negeri juga merupakan faktor utama dalam pemilu. Humphrey dibebani dengan kebijakan luar negeri Demokrat yang tampaknya menjadi kesia-siaan dan penderitaan mutlak di Vietnam. Sementara Nixon berjanji untuk menemukan cara untuk damai dengan kehormatan di Vietnam.
Orang-orang Amerika, yang putus asa untuk menemukan jalan keluar dari perang Vietnam, tampaknya siap memberikan kesempatan bagi Republik untuk memperbaiki klaimnya.
Selama masa kepresidenannya, Nixon mengawasi beberapa perubahan dramatis dalam kebijakan luar negeri Perang Dingin AS, terutama kebijakannya yang melunak dengan Uni Soviet dan kunjungannya pada 1972 ke negara komunis China. Namun, janjinya untuk membawa perdamaian dengan kehormatan di Vietnam lebih sulit dicapai. Pasukan AS tidak ditarik sampai 1973, dan Vietnam Selatan jatuh ke tangan pasukan komunis pada 1975.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
