Ahad 17 Nov 2019 05:11 WIB

Bolivia Tuding Kuba Hasut Kerusuhan

Kuba akan memulangkan 725 warganya dari Bolivia.

Penentang presiden Bolivia Evo Morales merayakan setelah Morales mengumumkan pengunduran diri di La Paz, Bolivia, Ahad (10/11).
Foto: AP Photo/Juan Karita
Penentang presiden Bolivia Evo Morales merayakan setelah Morales mengumumkan pengunduran diri di La Paz, Bolivia, Ahad (10/11).

REPUBLIKA.CO.ID, LA PAZ -- Pemerintah sementara Bolivia menyatakan telah meminta para pejabat Venezuela meninggalkan negeri itu. Pemerintah Bolivia juga menuduh orang Kuba, termasuk dokter, menghasut kerusuhan setelah pengunduran diri presiden Evo Morales.

Menteri Luar Negeri baru Karen Longaric mengatakan Kuba akan memulangkan 725 warga negaranya, kebanyakan dokter medis, setelah dia mengangkat keprihatinan mengenai dugaan keterlibatan mereka dalam protes. Ia mengatakan telah meminta semua diplomat Venezuela pergi karena alasan yang sama.

Baca Juga

Kebijakan luar negeri itu diambil setelah protes terhadap pemerintah Presiden sementara konservatif Jeanine Anez, yang berumur empat hari. Hal tersebut membuat keruh negeri tersebut di tengah pergolakan politik terbesar selama lebih dari satu dasawarsa.

Venezuela dan Kuba adalah sekutu penting Morales dari sayap-kiri. Morales memangku jabatan sebagai presiden pertama dari suku pribumi di negeri itu pada 2006. Ia mundur di bawah tekanan pada Ahad (10/11) sehubungan dengan pemilihan umum 20 Oktober yang jadi sengketa.

Pemungutan suara tersebut memberi dia kemenangan mutlak tapi dinodai oleh dugaan kecurangan sehingga menyulut protes luas antipemerintah, yang telah berubah jadi kerusuhan. Morales dan wakil presiden melarikan diri dari negeri tersebut pada awal pekan ini untuk menerima suaka dari Meksiko. Tapi protes oleh pendukung Morales telah berlanjut di Ibu Kota Bolivia, La Paz, di dekat El Alto, dan Kota Cochabamba di bagian tengah negeri itu.

Di dalam satu pernyataan, Kementerian Luar Negeri Kuba membantah pada para dokternya telah mendukung protes. Kementerian Luar Negeri Venezuela belum menanggapi permintaan komentar.

Kedua negara tersebut telah mendukung pernyataan Morales bahwa ia digulingkan dalam satu kudeta dukungan negara asing. Negara-negara lain di Karibia, termasuk Brasil dan Ekuador, telah melakukan tindakan serupa terhadap orang Kuba dalam beberapa bulan belakangan ini.

Negara pulau di Karibia itu memiliki layanan kesehatan bagus dan memberi hasil dengan mengirim lebih dari 50 ribu pekerja kesehatan ke lebih dari 60 negara. Kuba telah dituduh memperlakukan dokternya dengan buruk dan menekan mereka agar ikut dalam kegiatan politik, tapi Havana telah membantah tuduhan tersebut.

Polisi di La Paz, Bolivia, menembakkan gas air mata ke arah pemrotes pada Jumat (15/11), sementara sekolah tetap ditutup dan pengiriman bahan bakar terganggu oleh blokade jalan. Media lokal memperlihatkan benturan sengit antara petani koka dan polisi di Wilayah Cochabamba, kubu dukungan buat Morales.

Ombudsman resmi Bolivia mengatakan lima orang tewas di Kota Kecil Sacaba dan lebih dari 30 orang cedera pada Jumat. Ombudsman menyerukan penyelidikan mendesak pemerintah mengenai penggunaan kekerasan oleh polisi dan militer.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement