Senin 11 Nov 2019 14:20 WIB

Ribuan Orang di Prancis Aksi Tolak Rasialisme & Islamofobia

Islam merupakan agama kedua terbesar di Prancis.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Muslimah di Prancis berdemontrasi menentang pelarangan pengenaan jilbab di lua ruang.
Foto: Dini Kusmana Massabuau
Muslimah di Prancis berdemontrasi menentang pelarangan pengenaan jilbab di lua ruang.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Ribuan orang terlihat berbaris di jalan-jalan di Ibu Kota Paris, Prancis pada Ahad (10/11). Mereka melakukan aksi unjuk rasa yang bertujuan menentang sikap anti-rasisme dan anti-Islamofobia yang terjadi di negara itu. 

Para penyelenggara demonstrasi mengatakan aksi dilakukan sebagai bentuk kepedulian atas serangan yang terjadi di sebuah masjid di bayonne, wilayah barat daya Prancis. Pada dua pekan lalu, ada seorang pria yang diduga terkait dengan gerakan sayap kanan melepaskan tembakan di area rumah ibadah itu, membuat dua pria yang sudah lanjut usia terluka. 

Baca Juga

Bahkan, demonstrasi kali ini juga dilakukan oleh anggota-anggota dari partai sayap kiri di Prancis. Meski demikian, ada beberapa yang memilih untuk menjauh dari aksi unjuk rasa tersebut karena khawatir bahwa apa yang mereka lakukan bisa mengancam tradisi sekularisme negara dengan ikon menara Eiffel tersebut. 

Bahkan, politisi sayap kanan Marine Le Pen menganggap demonstrasi tersebut digelar oleh kelompok-kelompok Islam. Padahal, kenyataannya tidak demikian. 

“Terserah kepada kita untuk melakukan ini, setelah peristiwa seperti Bayonne, di mana kami perlu memastikan kebebasan beragama dan pemikiran yang menyertainya,” kata ketua Partai Unbowed, Jean-Luc Melenchon, kepada wartawan.

Kerumunan orang-orang yang melakukan aksi terlihat berjalan dengan membawa spanduk-spanduk bertuliskan "Hentikan semua rasisme" dan "Islamophobia bukan sebuah opini tetapi merupakan kejahatan”. Mereka menggelar aksi di jalan-jalan utama di Paris. 

Dalam sebuah pernyataan, Marlene Schiappa menteri negara yang bertugas atas urusan melawan diskriminasi mengatakan bahwa demonstrasi yang digelar adalah bentuk bentuk protes terhadap sekularisme, yang disamarkan sebagai perang melawan diskriminasi.

Sebelumnya, lebih dari 40 persen Muslim mengatakan bahwa mereka merasakan diskriminasi di Prancis. Hal itu diketahui melalui sebuah survei pada awal November ini. 

Selama ini, Islam menjadi agama terbesar kedua di Prancis. Namun, masalah rasisme, hingga diskriminasi kerap berada di sekitar umat Muslim negara Eropa Barat itu.

Bulan lalu, seorang politisi dari partai sayap kanan Prancis juga memicu perdebatan yang sedang berlangsung tentang posisi Muslim dan simbol-simbol Muslim di negara itu. Bahkan, perempuan yang menggunakan hijab juga diminta untuk melepaskannya, karena itu dianggap sebagai simbol agama yang bertentang dengan sekularisme. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement