Kamis 21 Nov 2019 07:06 WIB

Jurnalis Palestina Buta Sebelah Seusai Ditembak Israel

Jurnalis Palestina menjadi sasaran penembak jitu Israel.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Jurnalis berlarian menghindari gas air mata yang ditembakkan tentara Israel di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina, Jumat (8/12)
Foto: Mohamad Torokman/Reuters
Jurnalis berlarian menghindari gas air mata yang ditembakkan tentara Israel di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina, Jumat (8/12)

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Seorang jurnalis video Palestina mengalami kebutaan pada sebelah matanya akibat tembakan dari penembak jitu Israel. Penembakan terjadi saat jurnalis lepas bernama Muath Amarneh itu meliput aksi protes di Kota Hebron, Tepi Barat, pada awal pekan ini.

Dilansir dari kantor berita Turki Anadolu Agency, Kamis (21/11), Muath yang berusia 32 tahun itu merupakan seorang jurnalis lepas dari kamp pengungsi al-Dheisheh di kota Betlehem Tepi Barat. Dia kehilangan mata kirinya saat meliput protes di desa Surif dekat Hebron.

Baca Juga

Foto-foto Muath dengan mata berdarah, mengenakan rompi peliput dan kameranya, menjadi viral di media sosial dalam beberapa hari terakhir. Hal itu kemudian memicu kampanye solidaritas dari berbagai kalangan di seluruh dunia.

Lusinan jurnalis Palestina menerbitkan foto-foto mereka yang sedang menutupi mata kiri di bawah tagar Muatheye, MuathAmarneh, dan EyeoftheTruth. Beberapa politisi Arab, asing, olahragawan, dan jurnalis menunjukkan solidaritas mereka dengan melakukan hal yang sama lalu dipublikasikan di media sosial dan televisi.

Muath pada Selasa kemarin telah menjalani operasi kritis. Dokter berhasil menghilangkan sisa mata kiri. Namun, para dokter tidak dapat melepaskan pecahan peluru dari kepalanya karena berisiko tinggi bagi kehidupannya.

Kelompok Jurnalis Palestina mengatakan telah mendokumentasikan hampir 600 pelanggaran Israel terhadap jurnalis Palestina selama tahun ini. "Para jurnalis Palestina menjadi sasaran peluru Israel, yang telah menyebabkan cedera pada 60 orang dari mereka dengan serius," kata mereka dalam sebuah pernyataan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement