Selasa 19 Nov 2019 01:18 WIB

Media China Sarankan Polisi Hong Kong Pakai Peluru Tajam

Unjuk rasa Hong Kong kerap diwarnai bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata saat bentrokan dengan demonstran di dekat kampus Hong Kong Polytechnic Universitydi Hong Kong, Senin (18/11).
Foto: AP Photo/Achmad Ibrahim
Polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata saat bentrokan dengan demonstran di dekat kampus Hong Kong Polytechnic Universitydi Hong Kong, Senin (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemimpin redaksi surat kabar China, Global Times mengatakan polisi Hong Kong seharusnya menggunakan penembak jitu dengan peluru tajam untuk mengatasi pengunjuk rasa. Pernyataan itu Hu Xijin katakan setelah terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di Hong Kong.

"Jika pengunjuk rasa terbunuh, polisi harusnya tidak dimintai pertanggungjawaban hukum," kata Hu di media sosial Weibo, Senin (18/11).

Baca Juga

Hu merupakan komentator politik yang memimpin Global Times, sebuah tabloid yang dikelola People Daily, media resmi Partai Komunis China. Hu juga melontarkan pernyataan yang sama di Twitter walaupun media sosial itu tidak dapat diakses di China.

Pengunjuk rasa bentrok dengan polisi saat berusaha menduduki Hong Kong Polytechnic University. Polisi menggunakan gas air mata dan tongkat untuk membubarkan massa.

Pengunjuk rasa yang tersudut di dalam kampus berusaha menyerang balik. Mereka disambut oleh tembakan gas air polisi yang memblokir semua pintu keluar kampus tersebut.

Polisi anti huru-hara pun masuk dan menundukan pengunjuk rasa. Belum diketahui apakah ada demonstran yang berhasil kabur atau tidak. 

Demonstrasi di Hong Kong bermula dari penolakan rencana revisi undang-undang ekstradisi yang memungkinkan penjahat dikirim ke China. Meski rencana revisi undang-undang tersebut sudah dibatalkan, demonstrasi di Hong Kong terus berlangsung dengan tuntutan yang lebih luas untuk kebebasan berekspresi dan demokrasi.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement