Selasa 19 Nov 2019 15:32 WIB

Korut tidak Mau Lagi Berdialog Senjata Nuklir dengan AS

Korut menilai Presiden AS hanya membanggakan diri.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un bertemu di Vietnam, Rabu (27/2).
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un bertemu di Vietnam, Rabu (27/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) mengatakan tidak akan membuka dialog dengan Amerika Serikat (AS) lagi terkait senjata nuklir. Keputusan tersebut diambil agar menghentikan omong kosong Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk membanggakan dirinya.

Laporan kantor berita resmi Korea Utara KCNA, pejabat senior Korut Kim Kye Gwan menyatakan tidak ingin ada dialog yang bersifat basa-basi lagi. "Kami tidak lagi tertarik dengan pembicaraan seperti itu yang tidak membawa apa-apa kepada kami," katanya.

Baca Juga

Pernyataan mantan wakil menteri luar negeri tersebut muncul setelah Trump pada Ahad (16/11) meminta Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk bertindak cepat dan mengisyaratkan melakukan pertemuan lain. Kim Kye Gwan mengatakan, AS harus membuat langkah tegas untuk meninggalkan kebijakan bermusuhan jika negara itu benar-benar menginginkan dialog.  

Kim Kye Gwan melihat, tiga pertemuan yang sudah dilakukan saja antara kedua pemimpin sejak Juni tahun lalu tidak membawakan hasil yang signifikan. "Karena kita tidak mendapat imbalan apa pun, kita tidak akan lagi memberi presiden AS sesuatu yang dapat dia banggakan, tetapi mendapatkan kompensasi atas keberhasilan yang dibanggakan oleh Presiden Trump sebagai pencapaian administratifnya," kata Kim Kye Gwan.

Komentar Korut ke Trump secara langsung tersebut terlontar kali kedua dalam waktu kurang dari satu pekan. Sebelumnya hal itu dihindari oleh Pyongyang sejak kedua belah pihak memulai kembali melakukan proses dialog yang pada 2018.

Pejabat senior yang memimpin negosiasi dengan AS Kim Yong Chol mengatakan,  Washington tidak boleh bermimpi negosiasi untuk denuklirisasi sebelum menjatuhkan kebijakan yang sesuai. Penyataan itu merujuk pada latihan militer AS dengan Korea Selatan.

"Kami tidak memiliki masalah mendesak dan tidak berniat untuk duduk di atas meja dengan AS yang rumit," kata Kim Yong Chol.

Trump dan Kim Jong-un bertemu untuk pertama kalinya dalam pertemuan puncak di Singapura pada Juni tahun lalu. Pertemuan tersebut mendorong negosiasi yang menyebabkan Korut membongkar program nuklir dan misilnya.

Namun, pembicaraan tidak membuat kemajuan yang signifikan dan pertemuan puncak keduanya yang direncanakan di Vietnam pada Februari tidak terjadi. Mereka sepakat pada Juni, pada pertemuan ketiga, untuk membuka kembali perundingan untuk pembicaraan tingkat kerja pada Oktober di Swedia. Hanya, Korut menyatakan AS datang dengan tangan kosong.

Kepala negosiator nuklir Korea Utara Kim Myong Gil menyatakan, AS tidak bisa memutuskan secara sepihak dan tidak memperlakukan Korut seperti pengemudi di kursi belakang. Dia mengatakan AS untuk tidak lagi berpura-pura tertarik pada dialog dengan Korut dengan mencoba menarik pihak ketiga. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement