Rabu 27 Nov 2019 05:27 WIB

Warga Israel Disebut Dapat Kunjungi Negara Teluk Tahun Depan

Eks menteri komunikasi Israel sebut warganya bisa kunjungi negara teluk pada 2020.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Bendera Israel dikibarkan.
Foto: Reuters
Bendera Israel dikibarkan.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Mantan menteri komunikasi Israel Ayoob Kara mengatakan warga Israel dapat mengunjungi negara-negara Teluk tahun depan untuk keperluan bisnis serta politik. Dia mengklaim normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Teluk akan diumumkan setelah Amerika Serikat (AS) mempresentasikan rencana perdamaiannya untuk Timur Tengah.

Kara mengungkapkan, dia sudah mulai bertemu dan berkomunikasi dengan para pemimpin politik senior di Bahrain. Sebelumnya, dia pun telah mengunjungi Qatar atas nama pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk bertemu para politisi senior di sana.

Baca Juga

Kara menolak menjawab pertanyaan tentang laporan pertemuan antara Netanyahu dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. "Masalah seperti itu sensitif," ujarnya pada Selasa (26/11), dikutip laman Middle East Monitor.

"Kendati demikian, Muslim dengan kewarganegaraan Israel akan segera diizinkan untuk mendatangi Makkah untuk naik haji menggunakan paspor yang diterbitkan Israel dan warga dari negara-negara Arab akan dapat mengunjungi Israel serta Yerusalem," ucap Kara.

Saat ini, Israel memang sedang berupaya membangun relasi yang lebih erat dengan negara-negara Arab. Pada Juni lalu, Netanyahu memuji normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Teluk. Dia mengklaim bahwa Israel tak lagi dianggap sebagai musuh di kawasan.

"Mereka (negara-negara Teluk) tidak melihat Israel sebagai musuh mereka, tapi sekutu mereka yang sangat diperlukan dalam menghadapi agresi Iran, dan bahkan saya akan mengatakan lebih dari itu, untuk bergabung mencapai kemajuan teknologi di negara masing-masing," kata Netanyahu saat berbicara dengan CEO Komite Yahudi Amerika David Harris, dilaporkan The Times of Israel.

Dalam perbincangan itu, Netanyahu juga membandingkan normalisasi hubungan antara negara-negara Teluk dan Israel dengan yang dilakukan Palestina. "Dalam banyak hal, negara-negara Arab telah bergerak lebih cepat daripada Palestina. Palestina berusaha mencegah proses normalisasi ini yang pada akhirnya dapat mengarah pada perdamaian formal," ujar Netanyahu.

Israel diketahui hanya memiliki hubungan diplomatik dengan dua negara Arab, yakni Yordania dan Mesir. Namun beberapa negara Teluk, seperti Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Oman, telah meningkatkan intensitas hubungannya dengan Tel Aviv dalam beberapa bulan terakhir.

Meskipun belum ada deklarasi mengenai dibukanya hubungan diplomatik resmi, kedekatan antara beberapa negara Arab dengan Israel cukup dicemaskan Palestina. Hal itu dikhawatirkan akan kian menyusutkan perjuangan Palestina untuk mendirikan negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement