Senin 02 Dec 2019 16:10 WIB

Marak Tawaran Jasa Membuat Tugas Kuliah Bagi Mahasiswa China di Australia

Setiap kali saya melihat di media sosial China, iklan serupa juga bermunculan.

Red:
.
.

Mahasiswi asal China Joyce Fung menghabiskan waktu selama enam bulan untuk menelusuri salah satu sisi gelap yang terjadi dalam industri pendidikan di Australia. Yaitu, maraknya jasa pembuatan tugas kuliah bagi mahasiswa asal China, yang kemampuan bahasa Inggrisnya tidak memadai. Berikut ulasannya.

Jasa Layanan Pembuatan Esai

 

Baca Juga

Di sebuah toilet kampus Monash University di Melbourne, saya pernah melihat iklan dalam bahasa Mandarin menawarkan jasa membuatkan esai yang ditempel di pintu. Setiap kali saya melihat di media sosial China, iklan serupa juga bermunculan.

Mahasiswa internasional yang kesulitan dengan bahasa Inggris bisa membayar sehingga tugas esai mereka bisa dibuatkan oleh 'penulis gelap.' Dua setengah tahun lalu, saya tiba di Melbourne dari Shanghai untuk melanjutkan S2 di bidang jurnalistik.

Dengan mutu pendidikan yang tinggi, saya pada awalnya menduga lingkungan pendidikan di sini akan terbuka dan penuh kejujuran.

Namun yang saya temukan adalah adanya industrri yang menawarkan jasa-jasa untuk membuatkan tugas-tugas kuliah.

 

Melihat berbagai postingan dan iklan yang ada di app media sosial China WeChat, tampaknya sasaran pasar mereka adalah para mahasiswa China, yang merupakan mahasiswa asing terbanyak di Australia.

Bagaimana menemukan penulis gelap

Kalau anda mencari di internet dengan kata-kata 'Australian universities ghostwriting' dalam bahasa Mandarin, maka akan banyak ditemukan situs yang menawarkan jasa penulisan atau tugas kuliah lain.

Di Google saja ada sekurangnya 34 situs.

Semuanya menjanjikan bisa membantu menyelesaikan tugas kuliah, tentu saja dengan bayaran tertentu.

Salah satu yang terbesar adalah Meeloun Education yang mengatakan memiliki lebih dari 450 penulis gelap (dengan 53 persen diantaranya menyelesaikan pendidikan S2 di luar China) yang sudah menyelesaikan lebih dari 30 ribu tugas kuliah antara tahun 2009 sampai 2018.

Didirikan di China, Meeloun Education beroperasi di 10 negara termasuk di Australia.

 

Sebuah perusahaan lain mengatakan memiliki lebih dari 200 penulis, dengan tutornya berasal dari universitas top di Australia.

Yang lain mengatakan bisa menyelesaikan tugas di sedikitnya 97 mata kuliah di berbagai universitas diantaranya Universitas Sydney, Melbourne, Adelaide dan Monash.

Kebanyakan situs yang menawarkan jasa ini mengatakan bahwa keberhasilan mereka menyelesaikan tugas adalah 100 persen, dan tidak pernah ketahuan.

Di beberapa situs China, Meloun juga mencari tenaga baru untuk menulis dalam bahasa Inggris dan menawarkan bayaran Rp 400 ribu per esai.

Mereka tidak perlu memiliki pengalaman sekolah di luar negeri.

Situs ini menawarkan bayaran untuk mereka adalah Rp 1,2 juta per 1000 kata.

Dengan perbandingan tersebut, perusahaan jasa penulisan ini mendapatkan komisi sebesar 67 persen.

 

Xu, yang tidak mau nama lengkapnya disebut, sekarang masihn kuliah di Cina, dan mendapat uang dengan membantu menyelesaikan tugas mata kuliah bagi mahasiswa S1 China yang sedang sekolah di Amerika Serikat.

Dia tidak pernah bertemu dengan perusahaan yang mempekerjakannya, yang menurutnya "kemungkinan' berbasis di China.

"Saya tidak tahu dimana para penulis lain berada karena saya hampir tidak pernah punya kesempatan berhubungan dengan penulis lain."

"Saya hanya tahu bahwa orang yang berhubungan dengan saya dari perusahaan penawar jasa ini berada di China, karena fotonya ada di WeChat."

"Semua komunikasi dilakukan lewat WeChat."

ABC sudah berusaha menghubungi Meeloun Education untuk mendapatkan komentar namun mereka belum memberikan jawaban.

Selain adanya jasa profesional, banyak juga menawarkan jasa ini bekerja perorangan dan jasanya beredar dari mulut ke mulut.

 

Saya bertemu dengan David, lulusan sebuah universitas di Melbourne yang menawarkan jasa pribadi membantu tugas-tugas kuliah tersebut.

"Kerjaan saya belum perna dicurigai oleh universitas." katanya kepada saya ketika kami bertemu di kampus dimana dia pernah kuliah.

Sebagai penulis yang bekerja sendirian, David tidak bergabung dengan perusahaan apapun dan berhubungan langsung dengan mahasiswa yang mencari jasanya, kebanyakan mahasiswa asal China yang belajar di bidang bisnis di Monash University dan RMIT University.

Menurut David, bayaran untuk jasa yang ditawarkannya adalah Rp 2 juta per seribu kata yang bisa mencapai nilai kelulusan "pas-pasan" (50-59/100).

Harga ini tergantung seberapa cepat tugas itu harus diselesaikan dan juga tingkat kesulitan tugas.

 

David memperkirakan dia sudah mendapatkan sedikitnya Rp 80 juta dengan menulis 20 tugas kuliah.

Dia jarang memasang iklan dan mahasiswa mengetahui keberadaan dari mulut ke mulut.

Ketika saya tanya apaka dia pernah merasa bersalah mendapat bayaran untuk mengerjakan tugas mahasiswa, dia mengatakan "kadang kala".

"Tetapi orang lain akan melakukan juga, walau kalau bukan saya yang melakukannya.."

"Dan saya juga mendapat pengetahuan tambahan dengan melakukannya."

 

Meski banyak universitas di Australia mnenggunakan perangkat yang tersedia di internet Turnitin, untuk mengecek apakah ada tindakan plagiat dalam karya mahasiswa, mereka tidak bisa mengecek apakah tugas itu dikerjakan orang lain.

Ai adalah seorang mahasiswi di Melbourne yang sedang belajar S1.

Dia berasal dari China dan mengatakan alasannya meminta orang lain untuk mengerjakan tugas adalah karena dia merasa tidak bagus dalam menulis dalam bahasa Inggris.

Namun alasan terbesarnya adalah karena dia 'malas.'

Dia mengatakan sejauh ini sudah menghabiskan uang Rp 7 juta untuk meminta orang lain mengerjakan empat tugas, dan selama ini belum pernah ketahuan.

"Mahasiswa yang saya kenal, hampir semua diantara mereka pernah mengggunakan jasa ini dan mereka juga tidak pernah ketahuan." katanya.

"Ini sudah menjadi budaya di kalangan mahasiswa internasional."

Wakil Rektor Universitas Deakin di Melbourne Liz Johnson dalam reaksinya mengatakan bahwa dia kecewa mendengar adanya mahasiswa yang berusaha berbuat curang, dengan meminta orang lain mengerjakan tugas.

Dia mengatakan universitasnya secara aktif berusaha menyelidiki kemungkinan adanya tindakan curang seperti itu.

"Realitasnya adalah tidak ada universitas yang kebal dari kemungkinan mahasiswa melakukan kecurangan, apakah mahasiswa itu dibantu pihak ketiga atau tidak." kata Professor Johnson.

"Kami bekerja sama dengan asosiasi mahasiswa untuk menghilangkan mitos mengenai kecurangan, dan bahwa tindakan tersebut tidak akan bisa dideteksi." katanya.

Lihat artikel selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement