Rabu 04 Dec 2019 18:00 WIB

Serikat Pekerja Kolombia Kembali Mogok Kerja

Serikat pekerja dan kelompok mahasiswa Kolombia merencanakan pemogokan nasional

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Serikat pekerja dan kelompok mahasiswa Kolombia merencanakan pemogokan nasional. Ilustrasi.
Foto: AP/Ivan Valencia
Serikat pekerja dan kelompok mahasiswa Kolombia merencanakan pemogokan nasional. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Serikat pekerja dan kelompok mahasiswa Kolombia merencanakan pemogokan nasional untuk ketiga kali pada Rabu (4/12). Upaya ini merupakan rangkaian dari demonstrasi yang sudah berjalan selama dua pekan.

Serikat Buruh Sentral yang merupakan serikat pekerja terbesar di negara itu mengatakan akan bernegosiasi pekan ini dengan pemerintah. Namun, mereka tetap akan melanjutkan protes sebelum kesepakatan terjadi.

Baca Juga

Para pengunjuk rasa di ibu kota Bogota akan berbaris dari tujuh lokasi di seluruh kota pada Rabu. Kemudian rombongan pengunjuk rasa akan berkumpul di pusat Bolivar Plaza, di depan kongres, dan satu blok dari istana kepresidenan.

Wali kota kota pun telah menutup alun-alun yang menjadi lokasi paling populer sebagai tempat protes. Alasan pemblokiran agar pemrotes tidak berkumpul di sana karena pemerintah telah memasang dekorasi Natal tahunan.

Sepanjang demonstrasi, komite mogok kerja telah mengajukan 13 tuntutan kepada pemerintah. Salah satu tuntutannya menolak kenaikan usia pensiun dan pemotongan upah minimum untuk kaum muda.

Pemerintah telah berulang kali mengatakan tuntutan komite untuk dialog mengecualikan sektor-sektor lain. Pemerintah pun tidak dapat memenuhi permintaan tertentu, termasuk menahan diri untuk tidak menggunakan polisi anti huru-hara ESMAD.

Protes sebelumnya berjalan cukup damai. Akan tetapi kerusakan pada puluhan stasiun angkutan umum dan jam malam di kota-kota Cali dan Bogota tidak bisa dihindari. Lima orang telah meninggal dunia sepanjang demonstrasi yang dimulai pada 21 November dan terjadi bersamaan dengan protes di negara-negara Amerika Latin lainnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement