Rabu 04 Dec 2019 19:54 WIB

Penyebaran Virus Nyamuk Harimau Asia Ancam Eropa

Eropa terancam mendapatkan penyebaran dan penularan lebih dari 20 virus

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Eropa terancam mendapatkan penyebaran dan penularan lebih dari 20 virus. llustrasi.
Foto: www.mirror.co.uk
Eropa terancam mendapatkan penyebaran dan penularan lebih dari 20 virus. llustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Eropa terancam mendapatkan penyebaran dan penularan lebih dari 20 virus melalui nyamuk harimau Asia. Akademisi dari University of Liverpool, Soeren Metelmann, mengatakan negara-negara Eropa seperti Italia, Prancis, dan Spanyol dapat diserang oleh virus tersebut.

"Mereka tidak dapat menghilangkan nyamuk harimau Asia lagi. Mereka hanya mencoba mengurangi jumlah nyamuk dan meminimalkan efek," uja Metelmann dilansir Anadolu Agency, Rabu (4/12).

Baca Juga

Metelmann mengatakan nyamuk harimau Asia dapat menularkan lebih dari 20 virus berbeda seperti demam berdarah, chikunguya, zika, dan demam kuning. Selain itu, nyamuk tersebut juga dapat menyebarkan cacing filaria. Nyamuk awalnya berkembang biak di iklim sub-tropis seperti di China utara dan Jepang tengah. Tetapi secara bertahap menyebar ke Amerika Utara dan Eropa menggunakan mekanisme khusus.

"Spesies ini memiliki keuntungan karena dapat bertelur khusus pada akhir tahun yang hanya bisa menunggu sampai musim dingin berakhir dan kemudian larva menetas ketika suhu lebih cocok di musim semi," kata Metelmann.

Metelmann meramalkan krisis iklim yang terjadi di Eropa menjadi penyebab penyebaran infeksi yang ditularkan oleh nyamuk. Pada suhu yang lebih hangat, penyebaran virus melalui nyamuk terjadi sangat cepat.

"Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah nyamuk ini telah menyebabkan dua wabah chikungunya dengan sekitar 300 dan 500 kasus di Italia, ditambah sejumlah kasus demam berdarah di Eropa selatan. Ada juga kasus Zika di Prancis pada tahun ini," kata Metelmann.

Untuk mencegah penyebaran penyakit dan nyamuk lebih lanjut, Metelmann menyarankan agar ada pengawasan aktif dan penyemprotan insektisida. Hal ini berfungsi untuk membunuh larva dapat membantu mengurangi wabah.

"Saya pikir cara terbaik untuk menghindari kasus di Eropa adalah dengan membantu mengurangi jumlah kasus di daerah tropis. Jika ada lebih sedikit kasus di daerah tropis, lebih sedikit pelancong yang terinfeksi dan membawa penyakit ke Eropa," ujar Metelmann.

Seorang peneliti di bidang penyakit menular di Universitas Oxford Moritz Kraemer mengatakan ancaman nyamuk harimau Asia sangat nyata. Dia mencontohkan Amerika Selatan dan Afrika Timur pulih dari dampak wabah nyamuk ini dalam 30 tahun ke depan.

"Secara total, 197 negara (kisaran 181-209) diperkirakan akan melaporkan pada tahun 2080, dengan 20 negara tersebut melaporkan kehadirannya untuk pertama kalinya," ujar Kraemer.

Kraemer mengatakan perubahan iklim secara fungsional memengaruhi penyebaran nyamuk karena mereka hidup lebih lama. Selain itu, mereka dapat berkembang di tempat-tempat yang sebelumnya terlalu dingin atau tidak cukup basah atau di perkotaan.

Penyebaran tidak terjadi tanpa perjalanan manusia atau perdagangan dilakukan dari daerah endemik ke non-endemik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement