Kamis 05 Dec 2019 20:45 WIB

Menlu Retno Tegaskan Sikap Indonesia Terhadap Rohingya

Indonesia konsisten terhadap upaya membantu memulangkan para pengungsi Rohingya

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Para pengungsi Rohingya di Bangladesh melaksanakan Shalat Idul Fitri di masjid kecil di kamp-kamp kumuh. Indonesia konsisten terhadap upaya membantu memulangkan para pengungsi Rohingya. Ilustrasi.
Foto: Arabnews
Para pengungsi Rohingya di Bangladesh melaksanakan Shalat Idul Fitri di masjid kecil di kamp-kamp kumuh. Indonesia konsisten terhadap upaya membantu memulangkan para pengungsi Rohingya. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menekankan kembali peran Indonesia terhadap para pengungsi Myanmar di Bangladesh. Retno menegaskan Indonesia konsisten terhadap upaya untuk membantu memulangkan para pengungsi secara sukarela, aman, dan bermartabat.

Hal itu dikatakan dalam diskusi panel dengan empat Menlu perempuan yang membahas soal peran perempuan bagi perdamaian dunia. "Kita memberikan perhatian yang besar terutama terhadap perempuan dan anak-anak," ujarnya pada Kamis (5/12).

Baca Juga

Retno mengatakan perempuan dan anak-anak di tempat pengungsian banyak yang mengalami kejadian yang tidak baik. Oleh karenanya, Indonesia berkomitmen dalam posisinya terhadap para pengungsi Myanmar di Cox's Bazar.

Dengan konsistensi dan komitmen Indonesia itulah, di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Indonesia telah mengirim rekomendasi penilaian kebutuhan awal atau  Preliminary Needs Assessment (PNA). ASEAN berkomitmen untuk menindaklajuti rekomendasi tersebut. Dengan demikian pihak pemerintah Indonesia dapat melihat kemungkinan apakah implementasi dari rekomendsi PNA bisa dilakukan oleh sebuah tim yang paruh waktu atau tidak.

"Kita perlu sebuah tim yang kuat dan yang penuh. Oleh karena itu kita bahas dan akhirnya kita putuskan mendirikan ad hoc task force di ASEAN Secretariat," ujar Retno.

Dia mengatakan Presiden Joko Widodo menyetujui akan berkontribusi di dalam pembentukan ad hoc task force ASEAN. Sebab menurutnya, pembentukan ad hoc tersebut memerlukan sumber daya termasuk sumber daya keuangan.

Dengan demikian, Indonesia akan mendukung pendirian tersebut. Langkah dukungan ini pun menunjukkan konsistensi Indonesia terhadap pengungsi Musili Rohingya. "Karena, at the end, yang kita fokuskan adalah mengenai human being, manusia, dan humanity. Apalagi itu menyangkut perempuan dan anak-anak," ujarnya.

Berdasarkan data yang dirilis Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN OCHA) kekerasan di negara bagian Rakhine meningkat signifikan sejak 2018 setelah pecahnya konflik bersenjata antara militer Myanmar dan Arakan Army. Kerusuhan itu disebabkan serangan terhadap barak militer oleh para pelaku gerakan separatis.

Konflik tersebut menyebabkan korban sipil dan perusakan properti yang menyebar ke banyak kota di Rakhine. Keadaan itu juga faktor yang menghambat pemulangan pengungsi dari kamp-kamp pengungsi di Cox's Bazar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement