Kamis 05 Dec 2019 17:46 WIB

Unjuk Rasa Ganggu Transportasi di Seluruh Prancis

Serikat pekerja di Prancis berunjuk rasa dan melumpuhkan transportasi publik

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Serikat pekerja di Prancis berunjuk rasa dan melumpuhkan transportasi publik. Unjuk rasa memprotes perombakan sistem pensiun di Prancis, Kamis (5/12).
Foto: Guillaume Horcajuelo/EPA
Serikat pekerja di Prancis berunjuk rasa dan melumpuhkan transportasi publik. Unjuk rasa memprotes perombakan sistem pensiun di Prancis, Kamis (5/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Unjuk rasa serikat pekerja yang memprotes perombakan sistem pensiun di Prancis menghentikan operasi transportasi di Paris. Sekolah-sekolah juga ditutup dan pengunjung Menara Eiffel diperingatkan untuk menjauh dari demonstrasi.

Pekerja sektor publik khawatir reformasi Presiden Macron akan memaksa menurunkan uang pensiun dan membuat mereka bekerja lebih lama. Para pekerja melihat unjuk rasa ini sebagai perlawanan penting untuk menyelamatkan jaring pengaman sosial Prancis.

Baca Juga

"Lima pekan liburan dibayar, sistem kesehatan negara bagian, kami mendapatkan itu semua melalui perjuangan sosial dari orang-orang yang mengorbankan finansial mereka sendiri agar kami mendapatkan itu semua," kata pekerja rel kereta Giles Pierre yang ikut unjuk rasa pada Kamis (5/12).

Berdasarkan undang-undang yang sekarang, Pierre yang kini berusia 41 tahun akan pensiun di usia 52 tahun. Ia menyadari sistem saat ini sangat murah hati. Tapi ia berpendapat itu kompensasi yang adil untuk kesulitan dalam pekerjaan mereka seperti bekerja di akhir pekan dan musim liburan.

"Apa yang kami inginkan untuk masa pensiun kami? Menikmatinya atau menjadi pensiunan di rumah sakit atau di tempat tidur dan tidak dapat menikmati hidup?" kata Pierre. 

Paris mengerahkan enam ribu personel polisi untuk menghadapi demonstrasi besar di ibu kota. Unjuk rasa ini mengungkapkan rasa marah pekerja pada rencana reformasi Presiden Emmanuel Macron yang dinilai mengancam cara hidup orang Prancis.

Menara Eiffel dan Museum Louvre sudah memperingatkan akan adanya gangguan unjuk rasa. Hotel-hotel di Paris pun kesulitan mengisi kamar-kamar mereka. Banyak calon pengunjung termasuk menteri energi Amerika Serikat (AS) yang membatalkan kunjungan mereka ke Paris karena pemogokan ini.

Stasiun-stasiun subway di seluruh Paris ditutup. Hal itu mempersulit lalu lintas komuter dan membuat masyarakat menggunakan layanan sepeda atau skuter listrik pinjaman.

Banyak pekerja di wilayah Paris yang bekerja di rumah atau tidak bekerja dan tinggal di rumah bersama anak-anak mereka. Ini karena 78 persen guru di Paris juga melakukan mogok kerja.

Stasiun kereta bersejarah sepi karena sembilan dari 10 perjalanan kereta cepat dibatalkan. Bandara Charles de Gaulle pun dipenuhi tanda 'dibatalkan'. Maskapai Air France membatalkan 30 persen penerbangan domestik.

Demi bersiap kemungkinan unjuk rasa berubah menjadi kerusuhan, polisi meminta toko-toko, kafe, dan restoran di rute unjuk rasa tutup. Pihak berwenang juga melarang pengunjuk rasa bergerak ke arah Champs-Elysees yang terletak di sekitar kantor presiden, gedung parlemen, dan Katedral Notre Dame.

Kelompok aktivis rompi kuning berencana bergabung dengan serikat kerja di Paris dan beberapa kota di seluruh Prancis. Menekan kampanye mereka dalam pemerataan ekonomi.

Macron mengatakan reformasi sistem pensiun adalah inti dari rencananya untuk mentransformasi Prancis. Dengan demikian negara itu dapat berkompetinsi di tingkat global pada abad ke-21. Pemerintah berpendapat 42 sistem pensiun Prancis perlu disederhanakan.

Menteri transportasi Prancis mengatakan ia akan menemui serikat pekerja demi meredakan ketegangan. Pertanyaannya berapa lama mogok ini akan berlangsung.

Serikat pekerja mengatakan gerakan ini tidak terbatas dan berharap momentum tetap terjaga setidaknya selama satu pekan. Harapannya memaksa pemerintah untuk segera membuat konsesi.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement