Ahad 10 Nov 2019 06:43 WIB

Jerman Rayakan 30 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin

Tembok Berlin melambangkan batas-batas ideologi dan fisik yang membagi Eropa.

Rep: Lintar Satria/ Red: Andri Saubani
Pembongkaran Galeri Timur (east side gallery) Tembok Berlin dijaga 250 personel polisi.
Foto: AP
Pembongkaran Galeri Timur (east side gallery) Tembok Berlin dijaga 250 personel polisi.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman merayakan 30 tahun runtuhnya Tembok Berlin yang memisahkan negara itu menjadi Jerman Timur dan Jerman Barat. Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier berterima kasih kepada bekas Jerman Timur yang telah mendorong revolusi damai tersebut.

Tembok Berlin memisahkan Jerman Timur yang komunis dan Jerman Barat yang kapitalis. Runtuhnya tembok tersebut menjadi simbol berakhirnya perang dingin. Disusul reunifikasi Jerman pada 1990.

Baca Juga

"Bersama-sama dengan teman-teman kami, kami ingat dengan sangat berterima kasih atas peristiwa 30 tahun yang lalu," kata Steinmeier dalam Bernauer Strasse Berlin Wall Memorial, Sabtu (9/11).

Sebuah acara yang juga dihadiri Kanselir Jerman Angela Merkel serta kepala negara-negara tetangga Jerman. Seperti Polandia, Hungaria, Slovakia dan Republik Ceska.

"Tanda dorongan dan keinginan untuk merdeka, orang-orang Polandia dan Hungaria, Ceska dan Slovakia, revolusi di Eropa Timur dan reunifikasi Jerman tidak mungkin terjadi," tambah Steinmeier.

Dalam upacara tersebut, Steinmeier dan presiden empat negara Eropa Timur lainnya meletakkan mawar di dekat puing-puing Tembok Berlin. Pada Agustus 1990 untuk pertama kalinya penjaga perbatasan Hungaria mengizinkan orang-orang dari Jerman Timur dapat bebas masuk ke Austria.

Hal itu membuka jalan untuk runtuhnya Tembok Berlin tiga bulan kemudian. Hingga akhirnya runtuhnya Iron Curtain atau Tirai Besi. Iron Curtain melambangkan batas-batas ideologi dan fisik yang membagi Eropa dalam dua wilayah yang terpisah.

Steinmeier mengatakan, peristiwa itu tidak menandai apa yang pakar geopolitik Francis Fukuyama ramalkan sebagai 'akhir dari sejarah' di mana sistem demokrasi liberal dianggap sistem terbaik. Sebab masih ada kebingungan dalam menentukan sistem politik terbaik dan masa depan pun semakin tidak pasti.

"Demokrasi liberal sedang ditantang dan dipertanyakan," kata Steinmeier.

Ia mengatakan, Jerman dan sekutu-sekutu Eropanya harus tetap berjuang untuk menciptakan perdamaian dan kesatuan Eropa. Pernyataan ini juga diamini oleh Kanserlir Merkel yang dibesarkan di Jerman Timur.

"Nilai-nilai yang telah Eropa bangun  —   kebebasan, demokrasi, kesetaraan, supremasi hukum, menghargai hak asasi manusia  —  semuanya tidak terbukti dengan sendirinya, dan hal-hal itu harus dipenuhi dengan kehidupan dan dipertahankan lagi dan lagi," kata Merkel.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement