Kamis 05 Dec 2019 22:15 WIB

China Sebut Ada Pihak Ambil Untung dari Perang Dagang

Duta Besar China untuk AS sebut ada pihak ambil untung dari perang dagang

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Petugas bank menghitung dolar AS di samping tumpukan yuan Cina. Duta Besar China untuk AS sebut ada pihak ambil untung dari perang dagang. Ilustrasi.
Foto: Chinatopix via AP
Petugas bank menghitung dolar AS di samping tumpukan yuan Cina. Duta Besar China untuk AS sebut ada pihak ambil untung dari perang dagang. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Duta Besar China untuk Amerika Serikat (AS) Cui Tiankai mengatakan ada pihak yang berupaya mendorong pertikaian antara negaranya dan AS. Dia tak menjelaskan lebih terperinci mengenai hal tersebut.

Cui mengungkapkan saat ini hubungan Cina dan AS berada di persimpangan kritis karena perselisihan perdagangan. Namun masih ada kesempatan bagi kedua negara memperbaiki hubungannya.

Baca Juga

"Pada saat yang sama, kita harus waspada bahwa beberapa kekuatan destruktif mengambil keuntungan dari gesekan perdagangan yang sedang berlangsung (melalui) retorika ekstrem seperti 'decoupling', 'perang dingin baru', dan 'benturan peradaban'," ujar Cui saat menghadiri jamuan makan malam yang digelar US-China Business Council pada Rabu (4/12).

Dia mendorong perusahaan-perusahaan AS dan China memperluas kerja sama perdagangannya. Cui menegaskan menentang upaya penyebaran permusuhan dan konflik antara kedua belah pihak.

Cui memang tidak membahas secara detail tentang bagaimana perkembangan perundingan perdagangan antara AS dan China. Namun dia menegaskan negaranya berkomitmen untuk memperluas perdagangan bilateral serta investasi antara kedua negara.

Pada kesempatan itu, Cui pun sempat mengomentari tentang langkah House of Representative AS yang dengan suara bulan meloloskan rancangan undang-undang (RUU) Uighur. Jika berhasil disahkan, pemerintah AS akan memiliki landasan hukum untuk memperkuat tanggapan terkait tindakan keras China terhadap etnis Uighur.

Menurut Cui, laporan-laporan tentang apa yang terjadi di Provinsi Xinjiang, termasuk Hong Kong, telah terdistorsi secara serius. "Fakta adalah fakta, tidak peduli berapa banyak berita palsu yang dihasilkan," ujarnya.

Komentar Cui itu muncul sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan perdagangan sementara antara AS dan Cina dapat ditunda hingga pemilihan presiden AS usai pada November 2020. Pada akhir November lalu, Presiden Cina Xi Jinping mengatakan negaranya ingin mencapai kesepakatan dagang sementara dengan AS. Namun Beijing siap mengambil aksi balasan jika Washington enggan mencapai hal demikian dan tetap menginginkan perang dagang.

"Kami ingin bekerja untuk perjanjian fase satu atas dasar saling menghormati dan kesetaraan. Jika perlu kami akan melawan. Tapi kami telah bekerja aktif untuk mencoba tak melakukan perang dagang," kata Xi saat berbicara pada sekelompok delegasi dan jurnalis di acara Bloomberg New Economy Forum dikutip laman South China Morning Post.

Menurut dia, China memang tak menginginkan perang dagang dengan AS. "Kami tidak memulai perang dagang ini dan ini bukan sesuatu yang kami inginkan," ujarnya.

Perang dagang antara China dan AS telah berlangsung selama 17 bulan. Kedua negara saling menerapkan tarif tambahan bagi produk atau komoditas yang diekspor masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement