Rabu 25 Dec 2019 08:58 WIB

Aksi Damai Malam Natal di Hong Kong Berakhir Ricuh

Polisi menembakkan gas air mata ke arah kerumunan para demonstran.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ratna Puspita
Para pengunjuk rasa pro-demokrasi bereaksi setelah polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata selama demonstrasi di Tsim Sha Tsui, Hong Kong, China, Selasa (24/12), atau pada malam Natal 2019.
Foto: EPA-EFE/JEROME FAVRE
Para pengunjuk rasa pro-demokrasi bereaksi setelah polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata selama demonstrasi di Tsim Sha Tsui, Hong Kong, China, Selasa (24/12), atau pada malam Natal 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Aksi damai pada malam Natal atau Selasa (24/12) malam di Hong Kong berakhir ricuh. Polisi menembakkan gas air mata ke arah kerumunan para demonstran yang mengenakan topi Santa dan bando tanduk rusa di pusat perbelanjaan, dan kawasan wisata. 

Para pengunjuk rasa yang ada di dalam mal melemparkan payung dan benda-benda lainnya ke arah polisi. Beberapa polisi tampak memukuli sejumlah demonstran dengan tongkat. 

Baca Juga

Sejumlah demonstran menduduki jalan utama, dan memblokade lalu lintas di luar mal serta hotel-hotel mewah di dekat kawasan wisata Tsim Sha Tsui di Kowloon. Puluhan demonstran mulai membentuk barikade ketika polisi menyatakan akan mengerahkan kekuatan minimum untuk melakukan pembubaran dan menangkap para perusuh. 

Area Tsim Sha Tsui dipenuhi oleh wisatawan asing maupun lokal yang berkumpul untuk merayakan malam Natal. Banyak keluarga dan anak-anak yang berada di kawasan tersebut untuk melihat lampu-lampu hiasan Natal. 

“Banyak orang berbelanja sehingga ini adalah kesempatan yang baik untuk menyebarkan pesan dan memberi tahu orang-orang tentang apa yang kami perjuangkan. Kami berjuang untuk kebebasan, kami berjuang untuk masa depan kami," ujar seorang demonstran, Ken (18 tahun).

Kericuhan yang terjadi dalam aksi protes lanjutan tersebut telah merusak sejumlah toko dan kedai. Sekitar 100 pengunjuk rasa menghancurkan Starbucks di dalam mal Mira Place.

Mereka juga memecahkan kaca-kaca etalase toko dan membuat grafiti di dinding mal. Jaringan kedai kopi telah menjadi sasaran umum bagi para pengunjuk rasa setelah putri pendiri Maxim's Caterers, yang memiliki waralaba lokal mengutuk demonstran Hong Kong di dewan hak asasi manusia di Jenewa. 

Operator metro MTR Corp menutup dua stasiun yakni Mang Kok dan Tsim Sha Tsui untuk mengantisipasi potensi kerusuhan dalam aksi protes pada saat Natal. Padahal, layanan kereta ini dijadwalkan tetap beroperasi pada malam Natal. 

Front Hak Asasi Manusia Sipil berencana untuk menggelar pawai lain pada malam tahun baru. Mereka sebelumnya telah mengorganisir beberapa pawai terbesar yang melibatkan lebih dari satu juta orang.

Seperti diketahui, aksi unjuk rasa di Hong Kong kini telah memasuki bulan ketujuh. Demonstrasi juga telah kehilangan skala dan intensitas dari pada aksi sebelumnya.

Kepolisian telah menangkap lebih dari 6.000 orang sejak protes meningkat pada Juni lalu. Aparat juga terus melakukan pengepungan keras di Universitas Politeknik Hong Kong pada pertengahan November.

Banyak warga Hong Kong marah pada apa yang mereka lihat ketika Beijing ikut campur dalam kebebasan yang dijanjikan kepada bekas jajahan Inggris ketika kembali ke pemerintahan Cina pada 1997.

Cina kemudian membantah ikut campur dan mengatakan itu berkomitmen pada formula 'satu negara, dua sistem' yang diberlakukan pada saat itu dan menyalahkan pasukan asing karena mengobarkan kerusuhan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement