Selasa 24 Dec 2019 06:36 WIB

Pemerintah Jepang Usulkan Pelepasan Air Fukushima ke Laut

Sembilan tahun usai krisis di Fukushima Dai-ichi air radioaktif masih menumpuk

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Bekas pembangkit nuklir Fukushima di Jepang. Sembilan tahun usai krisis di Fukushima Dai-ichi air radioaktif masih menumpuk. Ilustrasi.
Foto: Yoru Yamanaka/AFP
Bekas pembangkit nuklir Fukushima di Jepang. Sembilan tahun usai krisis di Fukushima Dai-ichi air radioaktif masih menumpuk. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kementerian Ekonomi dan Industri Jepang telah mengusulkan secara bertahap melepaskan atau membiarkan penguapan sejumlah besar air dari pabrik nuklir Fukushima. Air tersebut telah diolah, meski begitu masih memiliki kandungan radioaktif.

Proposal yang dibuat pada Senin (23/12) ini melibatkan sekelompok ahli dan menjadi anjuran pertam untul melepaskan air. Cara ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah operator pabrik yang tidak memiliki ruang penyimpanan lagi.

Baca Juga

Hampir sembilan tahun setelah krisis di Fukushima Dai-ichi tetapi air radioaktif masih menumpuk. Kondisi ini karena air diperlukan untuk menjaga agar inti tetap dingin dan meminimalkan kebocoran dari reaktor yang rusak.

Selama bertahun-tahun, sebuah panel pemerintah telah membahas cara-cara untuk menangani krisis. Mereka pun mencoba meyakinkan para nelayan dan penduduk yang takut akan dampak kesehatan dari melepaskan air radioaktif serta merusak citra wilayah sekitar.

Dalam draft proposal itu, Kementerian menyarankan pelepasan air yang terjaga ke Pasifik, memungkinkan air menguap atau kombinasi dari dua metode. Pelepasan adalah pilihan terbaik karena akan secara stabil mencairkan dan menghilangka air dari pabrik menggunakan metode yang didukung oleh Komite Ilmiah PBB tentang Efek Radiasi Atom. Ini juga akan memfasilitasi pemantauan tingkat radiasi di lingkungan.

Melepaskan seluruh jumlah air lebih dari satu tahun hanya akan meningkatkan tingkat radiasi ribuan kali lebih sedikit daripada dampak yang biasanya didapat manusia dari lingkungan alami. Dalam proposal tersebut, Kementerian mencatat penguapan telah menjadi metode yang teruji dan terbukti setelah krisis inti 1979 di Three Mile Island,yang butuh dua tahun untuk menghilangkan 87 ribu ton air tritium.

Pemerintah dan operator pembangkit listrik, Tokyo Electric Power Co. (TEPCO), tidak dapat membuang lebih dari satu juta ton air radioaktif yang telah diolah dan disimpan. Kondisi ini akibat penentangan nelayan dan penduduk setempat yang takut akan kerusakan lebih lanjut terhadap reputasi Fukushima dan pemulihan.

Utilitas telah berhasil mengurangi volume air dengan memompa air tanah dari hulu dan memasang dinding es yang mahal di sekitar gedung reaktor untuk menjaga air mengalir ke daerah tersebut. Hanya saja, itu tidak cukup untuk mengatasi masalah.

TEPCO mengatakan hanya memiliki ruang untuk menyimpan hingga 1,37 juta ton dan hanya sampai musim panas 2022. Artinya, air mungkin akan dilepaskan setelah Olimpiade Tokyo musim panas mendatang.

Para ahli, termasuk orang-orang di Badan Energi Atom Internasional yang telah memeriksa pabrik Fukushima, mengatakan pelepasan air yang terkendali ke laut adalah satu-satunya pilihan yang realistis. Meskipun cara ini akan memakan waktu puluhan tahun.

Panel pemerintah sebelumnya menyusun laporan yang mencantumkan lima opsi, termasuk melepaskan air ke laut dan penguapan. Tiga lainnya termasuk penguburan bawah tanah dan suntikan ke lapisan geologi dalam lepas pantai.

Panel juga telah membahas kemungkinan menyimpan air radioaktif dalam tangki industri besar di luar pabrik. Namun, proposal Kementerian mempertimbangkan risiko kebocoran jika terjadi korosi, tsunami, atau bencana dan kecelakaan lain, serta tantangan teknis pengangkutan air di tempat lain.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement