Rabu 01 Jan 2020 17:45 WIB

Ketika Masjid Jadi Lokasi Pengungsian Aman dari Bom di Idlib

Sebanyak 49 keluarga mengungsi di masjid Idlib dari serangan bom.

Rep: MgRol 127/ Red: Nashih Nashrullah
Idlib masih menjadi daerah serangan bom dari tentara pemerintah Bashar Asad. Ilustrasi serangan di Idlib.
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP, File
Idlib masih menjadi daerah serangan bom dari tentara pemerintah Bashar Asad. Ilustrasi serangan di Idlib.

REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB, — Sejumlah 49 keluarga mengungsi di sebuah masjid di Idlib-Suriah untuk melarikan diri dari serangan bom oleh rezim Bashar al-Assad dan pasukan Rusia terhadap warga sipil.

Cuaca dingin yang cukup parah membuat kehidupan semakin sulit. Meskipun sudah ada bantuan Bulan Sabit Merah Turki untuk memasok makanan dan seliput bagi para pengungsi.

Baca Juga

Dilansir dari Anadolu Agency News, Abdullah Sharaf al-Din, salah satu pengungsi di masjid mengatakan kepada Badan Anadolu, mereka harus meninggalkan rumah mereka untuk menghindari pemboman oleh Rusia dan rezim Suriah di daerah mereka.

Abdullah sudah mengungsi di masjid bersama dengan istri dan keenam anaknya dari Sembilan hari yang lalu untuk berjuang di musim dingin yang keras.

Istri Sharaf al-Din mengatakan, anak-anaknya sakit karena cuaca dingin. Dia pun berharap perang akan segera berakhir sehingga mereka dapat kembali ke rumah.

Sementara Fatima Ahmadi, pengungsi lainnya menjelaskan, dia berlindung di masjid sejak dua hari yang lalu bersama anak-anaknya untuk menghindari pemboman hebat di kotanya, Maarat Al-Numan.

Dia menunjukkan bahwa kondisi hidup mereka sangat buruk dan dia tidak bisa menemukan tempat selain masjid untuk melindungi anak-anaknya.

Ahmadi berterima kasih kepada semua organisasi dan badan yang mendukung mereka, terutama di tengah cuaca yang dingin ini.

Menurut laporan lapangan, sejak November serangan oleh rezim Suriah dan para pendukungnya telah mengakibatkan perpindahan lebih dari 264 ribu warga sipil Idlib ke daerah-daerah dekat perbatasan Turki. 

Pada 20 Desember, rezim Assad dan sekutunya meluncurkan kampanye militer terutama di kota-kota Maarat Al-Numan dan Saraqib serta daerah pedesaan di sekitarnya dan mengepung 35 daerah pemukiman.

Serangan udara di wilayah itu dihentikan setelah kunjungan ke Moskow oleh delegasi Turki yang dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Sedat Onal pada 23 Desember.

Turki dan Rusia sepakat pada September tahun lalu untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi, di mana tindakan agresi secara tegas dilarang. 

Sejak itu, lebih dari 1.300 warga sipil telah tewas dalam serangan oleh rezim dan pasukan Rusia di zona de-eskalasi ketika gencatan senjata terus dilanggar.

Lebih dari satu juta warga Suriah telah bergerak di dekat perbatasan Turki karena serangan hebat tahun ini. 

Menurut Koalisi Nasional untuk Pasukan Revolusioner dan Oposisi Suriah, provinsi Idlib adalah tempat tinggal untuk sekitar tiga juta warga sipil dan 75 persen di antaranya adalah wanita dan anak-anak.

Sejak meletusnya perang saudara berdarah di Suriah pada 2011, Turki menerima sekitar 3,7 juta pengungsi warga Suriah yang melarikan diri dari negara mereka.

Menurut angka resmi, Ankara sejauh ini menghabiskan 40 miliar dolar AS untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement